Mengulas tentang kerajaan Majapahit membutuhkan pengetahuan yang mendalam dari berbagai aspek pandang, Majapahit menyisakan berjuta teka-teki, sejarah Majapahit menarik untuk disimak.
Tersebutlah jabatan Patih Amangkubhumi pada masa kerajaan Majapahit yang merupakan sebuah jabatan strategis serta menentukan maju-mundurnya kerajaan Majapahit. Jabatan ini dapat disamakan dengan jabatan Perdana Menteri pada era pemerintahan modern saat ini. Seorang Patih Amangkubhumi adalah pemimpin utama jalannya roda pemerintahan di masa kerajaan Majapahit. Berhasil tidaknya pejabat ini dalam melaksanakan tugasnya dapat dinilai dari maju-mundurnya kerajaan Majapahit pada suatu kurun masa tertentu. Jabatan Patih Amangkubhumi ini adalah merupakan patih pemimpin lima pejabat tinggi kerajaan yang dimanifestasikan dalam Sang Panca ring Wilwatikta.
Baiklah, lewat tulisan ini akan sedikit diuraikan mengenai personil atau siapa-siapa yang pernah menjabat sebagai Patih Amangkubhumi di era pendirian hingga 'tenggelamnya' kerajaan Majapahit yaitu kurun waktu sejak tahun 1293 M hingga sekitar tahun 1500 M.
Mpu Tambi (Nambi) sebagai Patih Amangkubhumi ini dijelaskan di dalam prasasti Penanggungan yang berangka tahun 1296 M, yang isinya antara lain menyebutkan : "Rakrian Patih : Empu Tambi ; Rakrian Patih Daha : Empu Sora ; Rakrian Demung : Empu Renteng ; Rakrian Demung Daha : Empu Rakat ; Rakrian Kanuruhan : Empu Elam ; Rakrian Rangga : Empu Sasi ; Rakrian Rangga Daha : Empu Dipa ; Rakrian Tumenggung : Empu Wahana ; Rakrian Tumenggung Daha : Empu Pamor ; Sang Nayapati : Empu Lunggah ; Sang Pranaraja : Empu Sina ; Sang Satyaguna : Empu Bango"
Mahapati (Dyah Halayudha) adalah Patih Amangkubhumi kedua yang menjabat pada era pemerintahan Prabhu Jayanegara, yaitu tepatnya berkisar antara tahun 1316 M sampai dengan 1328 M. Jabatan Patih Amangkubhumi diperolehnya setelah penyerangan ke Lumajang (yang berhasil menghancurkan benteng pertahanan Mpu Tambi di Pajarakan dan Lumajang) dan kemudian berakhir sesaat setelah terjadinya peristiwa Pa-Tanca (pembunuhan Prabhu Jayanegara oleh seorang dharmaputera yang bernama Ra-Tanca). Nama Mahapati banyak disebut dalam kitab Pararaton dan tidak pernah disebut dalam prasasti-prasasti manapun.
Kita simak prasasti Sidateka berangka tahun 1323 M yang dikeluarkan oleh Prabhu Jayanegara, pada lempengan 6 baris ke delapan terbaca : " ... rake tuhan mapatih ring Majapahit Dyah Halayudha .." artinya Dyah Halayudha adalah Patih Majapahit yang bergelar rakai. Dengan demikian Mahapati (dalam kitab Pararaton) dapat kita identifikasi sebagai Dyah Halayudha (prasasti Sidateka).
Arya Tadah (Mpu Krewes) adalah Patih Amangkubhumi ketiga yang menjabat setelah terjadinya peristiwa Pa-Tanca, atau bersamaan dengan naiknya Tribhuwanatunggadewi sebagai raja Majapahit, yaitu mulai sekitar tahun 1328 M sampai dengan tahun 1334 M. Kitab Pararaton menuturkan bahwa Arya Tadah ini sering sakit-sakitan, sehingga pada tahun Saka 1251 (1329 M) ia mengajukan pengunduran diri sebagai Patih Amangkubhumi kepada rani Tribhuwanatunggadewi, namun hal ini ditolak. Bertepatan dengan itu, pada tahun 1329 M itu pula, rani Tribhuwanatunggadewi mengeluarkan prasasti Berumbung, namun dalam prasasti ini tidak tercatat nama Arya Tadah sebagai Patih Amangkubhumi. Prasasti Berumbung tersebut, pada baris ke 5 menyebutkan : " .. rakryan mapatih namawisita : Pu Krewes ...". Atas dasar tulisan prasasti inilah, maka Arya Tadah (kitab Pararaton) dapat diidentifikasi sebagai Mpu Krewes (prasasti Berumbung)
Penulis : J.B. Tjondro Purnomo ,SH
No comments:
Post a Comment