Perang Mu'tah
Gambar di atas ini ada gambar medan peperangan Mu'tah yang sebenar, yang terletak di sebuah bandar bernama Mu'tah di Jordan.
Sejarah Perang Mu'tah.
Rasulullah SAW biasa mengirim surat kepada para raja untuk berdakwah dan bertabligh kepada mereka. Salah satu surat beliau telah dibawa oleh Harits bin Umair ra. yang akan diberikan kepada Raja Bushra. Ketika sampai di Mu'tah, maka Syarahbil Ghassani yang ketika itu menjadi salah seorang hakim Kaisar telah membunuh utusan Rasulullah SAW. Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu kesalahan besar.
Rasulullah SAW sangat marah atas kejadian itu. Maka Rasulullah SAW menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid bin Haritsah r.a. telah dipilih menjadi pemimpin pasukan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka Ja'afar bin Abi Thalib r.a.. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia juga mati syahid, maka pemimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah r.a.. Jika ia juga mati syahid, selanjutnya bendera itu dipegang oleh salah seorang daripada pedang Allah (Khalid) sampai Allah memberikan kemenangan".
Batu tanda yang menerangkan sejarahPerang Mu'tah, tapi malangnya sudah rosak separuh daripadanya sudah pecah...
Perang Mu'tah berlaku di sekitar tahun 629M
Rasulullah SAW sangat marah atas kejadian itu. Maka Rasulullah SAW menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid bin Haritsah r.a. telah dipilih menjadi pemimpin pasukan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka Ja'afar bin Abi Thalib r.a.. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia juga mati syahid, maka pemimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah r.a.. Jika ia juga mati syahid, selanjutnya bendera itu dipegang oleh salah seorang daripada pedang Allah (Khalid) sampai Allah memberikan kemenangan".
Di perkarangan kompleks masjid yang menempatkan makam para sahabah yang syuhada' di medan perang mu'tah, Zaid Bin Harithah r.a. dan Ja'afar Bin Abi Talib r.a. Makam syuhada' Abdullah Bin Rawwahah terletak di sebuah mesjid yang lain agak jauh sedikit dari mesjid ini.
Kemudian Rasulullah SAW memberikan bendera berwarna putih kepada Zaid bin Haritsah ra. Beliau sendiri ikut mengantar rombongan untuk melepas mereka. Di luar kota, ketika orang-orang yang mengantarkan pasukan tersebut akan kembali, maka beliau berdoa untuk para mujahidin ini dengan doa keselamatan, kejayaan, dan agar mereka dijauhkan dari semua perkara yang buruk sampai mereka kembali.
Do'a Rasulullah SAW ini dijawab oleh Abdullah bin Rawahah ra. dengan membaca tiga bait syair yang maksudnya:
Engkau meminta ampunan dari Tuhanmu.
Sedangkan kami menginginkan pedang yang akan memutuskan pembuluh-pembuluh darah atau tombak yang akan menusuk lambung dan hatiku
Jika nanti, orang-orang melewati kuburan kami, mereka akan berkata:
Inilah orang-orang yang telah berjuang untuk Allah. Sungguh, kalian betul-betul telah mendapat petunjuk dan kejayaan
Sedangkan kami menginginkan pedang yang akan memutuskan pembuluh-pembuluh darah atau tombak yang akan menusuk lambung dan hatiku
Jika nanti, orang-orang melewati kuburan kami, mereka akan berkata:
Inilah orang-orang yang telah berjuang untuk Allah. Sungguh, kalian betul-betul telah mendapat petunjuk dan kejayaan
Setelah itu, berangkatlah pasukan tersebut. Syarahbil pun telah mendengar tentang keberangkatan pasukan ini. Dia telah menyiapkan pasukan sebanyak seratus ribu tentara untuk melawan kaum muslimin. Dalam pada itu, para sahabat r.ahum. juga telah mendengar kabar bahwa Heraclius, raja Romawi, juga telah mengirim seratus ribu tentaranya untuk ikut menyerang kaum muslimin. Maka dengan jumlah musuh yang demikian banyak tersebut membuat sebagian sahabat ra. menjadi ragu: meneruskan bertempur melawan musuh, ataukah memberitahukan kepada Rasulullah SAW. Abdullah bin Rawahah ra. berkata,
"Hai orang-orang. Apa yang kalian takuti?
Untuk apa kalian keluar meninggalkan Romawiah kalian?
Apakah kalian keluar ini bukan untuk mati syahid?
Kami adalah orang-orang yang tidak memperhitungkan kekuatan ataupun banyaknya orang dalam pertempuran.
Kami hanya berperang agar di suatu hari nanti, Allah s.wt. memuliakan kita.
Majulah. Setidaknya salah satu di antara dua kemenangan mesti kita dapatkan. Mati syahid, atau menang dalam pertempuran ini".
Untuk apa kalian keluar meninggalkan Romawiah kalian?
Apakah kalian keluar ini bukan untuk mati syahid?
Kami adalah orang-orang yang tidak memperhitungkan kekuatan ataupun banyaknya orang dalam pertempuran.
Kami hanya berperang agar di suatu hari nanti, Allah s.wt. memuliakan kita.
Majulah. Setidaknya salah satu di antara dua kemenangan mesti kita dapatkan. Mati syahid, atau menang dalam pertempuran ini".
Dikatakan di bawah pintu gerbang itu tertanamnya tangan sahabah Ja'afar Bin Abi talib r.a. yang terputus akibat ditetak oleh musuh.
Maka bendera kaum Muslimin segera diambil oleh Ja'far bin Abi Thalib ra., setelah itu ia memotong kaki kudanya agar tidak berpikiran lagi untuk kembali. Sambil menyerang musuh, ia membaca beberapa bait syair yang terjemahannya sebagai berikut:
Hai orang-orang, apakah tidak baik surga itu
Dan surga itu sudah dekat
Betapa indahnya ia
Dan betapa sejuknya air surga
Telah dekat masa siksa bagi raja Romawi
Dan saya mempunyai kewajiban untuk membunuhnya
Dan surga itu sudah dekat
Betapa indahnya ia
Dan betapa sejuknya air surga
Telah dekat masa siksa bagi raja Romawi
Dan saya mempunyai kewajiban untuk membunuhnya
Setelah membaca syair tersebut, dipotonglah kaki kudanya dengan tangannya sendiri. Agar hatinya tidak berpikir untuk kembali. la menghunus pedangnya dan terjun ke tengah pertempuran melawan orang-orang kafir tersebut. Karena ia adalah pimpinan pasukan, maka bendera itu tetap berada di tangannya. Pada mulanya, bendera tersebut dipegang dengan tangan kanannya. Tetapi salah seorang pasukan kafir telah memenggal tangan kanannya sehingga bendera pun terjatuh. Maka bendera tersebut segera diambil dengan tangan kirinya. Tetapi, orang kafir itu telah memotong kembali tangan kirinya. Maka ia segera mendekap bendera itu di dada dengan kedua lengannya yang masih tersisa dan digigitnya bendera itu dengan sekuat tenaga. Kemudian, seorang musuh dari arah belakang menebasnya dengan pedang sehingga tubuhnya terpotong menjadi dua. Ia pun roboh ke tanah, dan gugur dalam keadaan syahid. Pada saat itu, Ja'far bin Abi Thalib ra. baru berumur tiga puluh tiga tahun.
"Hai lihatlah, Ja'far telah syahid, sedangkan kamu masih sibuk dengan keduniaanmu".
Makam syuhada' Abdullah Bin Rawahhah r.a.
"Wahai hati, apa yang masih kamu ragukan, apa yang menyebabkan kamu ragu-ragu? Istrikah? Ia sudah saya talak tiga. Atau hamba sahaya yang kamu miliki? Semuanya telah saya merdekakan. Ataukah kebun? Itu pun telah saya korbankan di jalan Allah".
Setelah itu, ia membaca syair berikut:
"Wahai hati, kamu harus turun Meskipun dengan senang hati, ataupun dengan berat hati Kamu telah hidup dengan ketenangan beberapa lama. Berpikirlah, pada hakikatnya, kamu berasal dari setetes air mani Lihatlah orang-orang kafir telah menyerang orang-orang Islam Apakah kamu tidak menyukai surga jika kamu tidak mati sekarang suatu saat nanti, akhirnya kamu akan mati juga".
Setelah itu, ia turun dari kudanya. Seorang sepupunya, yaitu anak pamannya, telah memberi sekerat daging kepadanya sambil berkata, "Makanlah ini untuk meluruskan tulang punggungmu." Karena sudah berhari-hari ia tidak makan, maka daging tersebut diterimanya. Baru saja ia mengambil daging tersebut, terdengarlah suara kekalahan. Akhirnya, dilemparkanlah daging tersebut. Ia segera mengambil pedangnya dan menyerbu ke kancah pertempuran melawan orang-orang kafir. Ia terus bertempur hingga mati syahid.
Rujukan : http://sahabatnabi.0catch.com/mutah.htm
No comments:
Post a Comment