Baiklah kita ulas penyesatan-penyesatan berikutnya :
Petikan artikel Sejarah Ibu Majapahit Nusantara
Bagian lain artikel yang sama menyebutkan hal berikut :
"Demikian juga Sri Kerta Wardana / Sri Cakradara yang anak Putri Yulan mengawini Tri Buana Tunggadewi, Ratu Majapahit ketiga menurunkan putra Hayam Wuruk yang menjadi Raja terbesar di Majapahit yang selanjutnya menurunkan Raja-Raja Majapahit dijawa hingga berakhir. Jadi sejak Raja Hayam Wuruk Raja-Raja Majapahit selanjutnya adalah keturunan Putri Yu Lan (Garis Pradana) terbukti pengganti Hayam Wuruk yaitu Wikrama Wardana memakai nama Hyang Wisesa juga suami Dewi Suhita memakai nama leluhurnya yang dipuja di Besakih-Bali Hyang Wisesa yang beristrikan Ratu Mas / Indreswari dan sejak itu para Raja di candikan di ”Parama Wisesa pura”/ Hyang Wisesa pura. "
Sekali lagi saya bingung dan merasa seperti orang bodoh ketika membaca petikan artikel tersebut di atas. Dari mana ceritanya Sri Kerta Wardana / Sri Cakradara adalah anak Putri Yulan ? Sumber apa yang dipakai untuk menuliskan hal ini ? Jawabannya adalah : Sumber orang ngawur yang mencoba menuliskan sesuatu tentang sejarah Majapahit !!!! Akibatnya akan timbul 'pengawuran' dalam menulis sejarah Majapahit.
Mari kita perhatikan Prasasti Trawulan I (Canggu) yang berangka tahun 1280 Saka (07 Juli 1358 M), yang menuliskan bahwa Kretawarddhana adalah keturunan raja Wisnuwarddhana (Rangga Wuni) dari Singasari (lihat prasasti Trawulan I lempeng I -verso, di dalam OV, 1918, hal. 108). Penjelasan ini didukung oleh Marwati Joened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, dalam "Sejarah Nasional Indonesia II", Balai Pustaka, Jakarta, 1993, hal. 433 (bagian bawah).
Dengan demikian jelaslah kepada kita bahwa Kretawarddhana (Kertawardana) suami Tribhuwanottunggadewi adalah keturunan raja Wisnuwarddhana dari kerajaan Singosari dan bukan anak Putri Yulan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa secara geneologis Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) adalah merupakan trah Singosari karena ayahnya adalah keturunan raja Wisnuwarddhana (raja Singosari) yang saat pemerintahan Tribhuwanottunggadewi telah menjadi penguasa daerah (raja bawahan) di Singosari atau yang disebut dengan Bhre Singosari.
Baiklah kita ulas sedikit perihal siapakah Wisnuwarddhana tersebut .............. ?
Kitab Pararaton menjelaskan persekutuan antara Rangga Wuni (putera Anusapati, yang adalah putera sulung Ken Arok dari perkawinannya dengan Ken Umang, yang dibunuh oleh Panji Tohjaya dengan menggunakan keris Gandring) dan Mahisa Campaka (putera Mahisa Wong Ateleng) sebagai "dua ular dalam satu liang". Dalam persembunyian (akibat kejaran Panji Tohjaya) mereka tetap bersatu ; dalam pemerintahan sepeninggal Panji Tohjaya mereka juga tetap seia sekata. Rangga Wuni dinobatkan sebagai raja dan mengambil nama abhiseka Wisnuwardhana sedangkan Mahisa Campaka menjadi ratu angabhaya (pembantu utama sang prabhu) bergelar Bhatara Narasinghamurti. Narasinghamurti tercatat dalam prasasti Penampihan (1269) lempengan [1b] ; prasasti Kudadu (1294) lempengan [1]. Nama Wisnuwardhana tercatat untuk pertama kalinya dalam prasasti Wurare (1289), candi makamnya terletak di Tumpang dan akan dibahas dalam artikel tersendiri. Dalam prasasti Kudadu dinyatakan bahwa Sanggramawijaya (putera Dyah Lembu Tal) adalah keturunan Narasinghamurti (Mahisa Campaka anak Mahisa Wong Ateleng). Kakawin Negarakertagama dalam pupuh XLI/2 mengiaskan pemerintahan bersama antara Wisnuwarddhana dan Narasinghamurti sebagai kerjasama antara Madhawa (Wisnu) dan Indra.
Kesimpulan akhirnya adalah : Kretawaddhana (ayah Hayam Wuruk) adalah keturunan dari raja Wisnuwardhana (nama aslinya adalah Rangga Wuni) dari Singosari dan bukan anak putri Yulan. Dengan demikian Prabu Hayam Wuruk, secara geneologis, dapat juga dikatakan keturunan Singosari, karena baik ayah maupun ibunya sama-sama berasal dari Singosari, dan bukan keturunan Cina melainkan asli tanah Jawa.
Penulis : J.B. Tjondro Purnomo ,SH
Bersambung .............................