Ceghite (cerita) ni udah basi sebenonye....
tapi bile gambo2 kawen abg Jem yang terkini keluo....
maknenye bulih lagi le awok keluo ceghite (cerita) ni...
awok tabik spring dengan die....
baghu (baru) je lepaih (lepas) nikah untok kali ke 4...
dah penoh le kuota die nampoknye...
hebat die ni....
tapi yang paling penting....
bini2 die sebelom ni ok...
dan takde masalah pun pasei nafkah......
siap die bagi soghang (seorang) satu ghumah (rumah) oooo...
kite nak kawen 4 pun bulih kome....
mampu tak mampu je....
adil ato (atau) tidak....
kawen ni bukan semate sebab napsu je....
banyak kome ndak kene tengok ye....
poket kome ok ke????
nafkah zahir nye ok ke????
jangan buat main ooo...
anak oghang (orang) yang kite nak kawen tu...
dan kawen kalo bulih jangan le sehaghi (sehari) due je...
ehemmm....kome2 yang belom kawen tu tak ghase (rasa) jeles ke???
bini baghu (baru) abg Jem kite ni baghu (baru) 24....
kome adeeee?????
Monday, May 30, 2011
BRAHMARAJA XI, BUKAN RAJA MAJAPAHIT
Berita dari artikel tersebut di atas, silahkan baca di sini
Adalah seorang Trowulan yang saat ini bermukim di Bali dan mengaku diri sebagai Raja Majapahit-Bali dengan mengambil gelar abhiseka HYANG BATHARA AGUNG SRI WILATIKTA BRAHMARAJA XI. Hal ini cukup menggelikan dan hanyalah orang-orang yang tidak memiliki wawasan Majapahit yang percaya akan hal ini.
Baiklah kita tinjau letak kejanggalan-kejanggalan yang sengaja dimunculkan
Pada sumber-sumber sejarah Majapahit tidak pernah dikenal istilah WILATIKTA, baik prasasti-prasasti yang ada maupun kakawin Negarakertagama hanya mengenal istilah WILWATIKTA atau TIKTAWILWA, wilwa berarti buah maja dan tikta berarti pahit, jadi WILWATIKTA berarti Majapahit. Sekali lagi yang ada adalah Wilwatikta dan bukan Wilatikta.
Kakawin Negarakertagama yang berjudul asli Desawarnana di dalam pupuh LXXXIII bait yang ke 3, menyebutkan hal yang demikian :
Dari uraian pupuh ini jelaslah bahwa Brahmaraja adalah seorang pendeta, brahmana yang menguasai kitab Weda, jadi bukan raja.
"Mashurlah nama pendeta Brahmaraja bagai pujangga, ahli tutur putus dalam tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya, Hyang Brahmana, sopan, suci, ahli weda, menjalankan nam laku utama ....".
Dari uraian pupuh ini jelaslah bahwa Brahmaraja adalah seorang pendeta, brahmana yang menguasai kitab Weda, jadi bukan raja.
Selanjutnya dikatakan sebagai berikut, Brahmaraja XI, adalah raja Majapahit-Bali, hal ini lucu sekali dan sangat menggelikan. Sepanjang sejarah kerajaan Majapahit, kerajaan ini (Majapahit) tidak pernah berdiri di Pulau Bali, bahkan Bali adalah wilayah tundukkan Majapahit, jadi Bali berstatus sebagai kerajaan bawahan Majapahit.
Ghentikan le Menghungot (Hentikan lah Merungut)....
Ade jugak oghang (orang) jenih (jenis) macam ni ye kome...
segale ape bende, koje yang di buat....
ade je yang dighungot (dirungut) kan......
ade je yang die tak pueh (puas) hati....
same ade bende ni udah memang tabiat die....
atopon (ataupun) die memang jenih (jenis) yang selalu tak pueh (puas) hati....
tak elok le buat macam ni....
sebabnye nantikoje yang kite semuenye jadi tak ikleh (ikhlas).....
agaknye die ghase (rasa) die yang terbaik kot...
ape yang die buat...
semue die ghase (rasa) 'perfect'.....
takde salah langsong...
dan die jugak tak bulih teghime (terima) aghaghan (arahan)....
walopon die bukan bos.......
tapi die ghase (rasa) die bossssss....
sampeikan aghaghan (arahan) bos pun die langgo.....
ishhh....ishhh...ishhh....
udah2 le tu....
ghentikan le (hentikanlah) menghungot (merungut)......
kite semue ni koje makan gaji.....
mike tak lebih.....awok pun tak lebih....
P/S: situasi yang tengah berlaku dalam opis awok....ceghite (cerita) betoi yeeee....
segale ape bende, koje yang di buat....
ade je yang dighungot (dirungut) kan......
ade je yang die tak pueh (puas) hati....
same ade bende ni udah memang tabiat die....
atopon (ataupun) die memang jenih (jenis) yang selalu tak pueh (puas) hati....
tak elok le buat macam ni....
sebabnye nantikoje yang kite semuenye jadi tak ikleh (ikhlas).....
agaknye die ghase (rasa) die yang terbaik kot...
ape yang die buat...
semue die ghase (rasa) 'perfect'.....
takde salah langsong...
dan die jugak tak bulih teghime (terima) aghaghan (arahan)....
walopon die bukan bos.......
tapi die ghase (rasa) die bossssss....
sampeikan aghaghan (arahan) bos pun die langgo.....
ishhh....ishhh...ishhh....
udah2 le tu....
ghentikan le (hentikanlah) menghungot (merungut)......
kite semue ni koje makan gaji.....
mike tak lebih.....awok pun tak lebih....
P/S: situasi yang tengah berlaku dalam opis awok....ceghite (cerita) betoi yeeee....
TIGA PILAR UTAMA
" Majapahit banyak diragukan, Majapahit menyimpan berjuta misteri, Majapahit masih menyimpan kekuatan besar ".
Tersebutlah Sri Kertarajasa Jayawardhana yang memiliki senjata utama yang berupa tombak berujung mata tiga (trisula) sebagaimana yang disebutkan di dalam prasasti Sukam'reta berangka tahun 1305. Dengan mempergunakan senjata tersebut beliau dapat menghancurkan musuh-musuh utama Singasari serta mampu mengusir tentara Tartar dari tanah Jawa. Sebenarnya disamping perwujudan senjata trisula itu sendiri, maka trisula dapatlah diartikan sebagai suatu "penggabungan tiga pilar utama" menjadi satu kekuatan utuh, yang bilamana ketiganya bergabung akan menghasilkan suatu kekuatan yang luar biasa. Adapun "tiga pilar" tersebut dapat diidentifikasikan sebagai "kemampuan supranatural" yang dimiliki oleh masing-masing orang atau pribadi.
Alkisah pada hari Jum'at malam sekira pukul 24.00 WIB, kami berempat melakukan ritual khusus dengan mengambil lokasi di Candi Kedaton dan Candi Sumur Upas, Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto. Kami mencoba untuk mempraktekkan "kemampuan supranatural" masing-masing pribadi. Alhasil, apa yang kami lakukan-pun tertangkap kamera digital CANON Ixus 130 yang memiliki kekuatan 14 mega pixel. Hasil dari dokumentasi tersebut adalah seperti di bawah ini :
Munculnya tiga aura ghaib di sekitar Candi Sumur Upas
Pendeteksian tiga aura utama
Pembesaran masing-masing aura-ghaib tersebut
Aura pertama
Aura kedua
Aura ketiga
Pewaris ke-tiga aura ghaib di atas dalam lindungan "leluhur Majapahit"
Berikut ini akan ditampilkan kemampuan masing-masing pewaris "tiga aura-ghaib" tersebut di atas
Mengusir roh-roh jahat dengan kekuatan Ilahi
Menyeberangkan roh-roh menuju tempat yang semestinya
Mengangkat dan memberangkatkan "pusaka-pusaka" menuju tempat yang aman
Pusaka-pusaka yang berhasil di berangkatkan
Harapan penulis adalah : semua yang terpampang dalam artikel atau tulisan ini janganlah dipandang sebagai suatu kesombongan pribadi atau kelompok, tulisan ini hanyalah ingin menyampaikan fakta-fakta dan kebenaran perjalanan ritual kami serta keinginan kami untuk berbagi pengalaman ghaib di situs-situs peninggalan kerajaan Majapahit yang memang masih menyimpan berjuta-juta rahasia ghaib.
Sekian perjalanan ritual khusus kami, rahayu, rahayu, rahayu ..., sagung dumadi.
EKSPEDISI MAJAPAHIT KE BALI (1)
Dikisahkan di Bali adalah raja bernama Sri Gajah Waktera (Dalem Bedaulu), bergelar Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang dikatakan sebagai seorang pemberani serta sangat sakti. Disebabkan karena merasa diri sakti, maka keluarlah sifat angkara murkanya, tidak sekali-kali merasa takut kepada siapapun, walau kepada para dewa sekalipun. Sri Gajah Waktera mempunyai sejumlah pendamping yang semuanya memiliki kesaktian, kebal serta juga bijaksana yakni : Mahapatih Ki Pasung Gerigis, bertempat tinggal di Tengkulak, Patih Kebo Iwa bertempat di Blahbatuh, keturunan Kyai Karang Buncing, Demung I Udug Basur, Tumenggung Ki Kala Gemet, Menteri Girikmana – Ularan berdiam di Denbukit, Ki Tunjung Tutur di Tianyar, Ki Tunjung Biru berdiam di Tenganan, Ki Buan di Batur, Ki Tambiak berdiam di Jimbaran, Ki Kopang di Seraya, Ki Kalung Singkal bertempat tinggal di Taro. Sri Gajah Waktera menentang dan tidak bersedia tunduk dibawah kekuasaan Majapahit, sehingga menimbulkan ketegangan antara Kerajaan Bali dan Kerajaan Majapahit. Dalam rapat yang diadakan oleh Ratu TribhuwanaWijayatunggadewi dengan para Mentri Kerajaan, Patih Gajah Mada menyampaikan sindiran secara halus melalui seorang pendeta istana (Pendeta Purohita) yang bernama Danghyang Asmaranata.
“ Ada suatu cerita yang menceritakan sorga yang rusak akibat ulah dari seorang manusia. Semua Gandarawa takut karena diserang oleh manusia yang bernama Werkodara “
Ratu Tribhuwana Tunggadewi yang telah maklum akan maksud sindiran tersebut kemudian menjawab
“ Sungguh benar katamu itu Mada kalau tidak Bhatara Bayu lekas datang menasehati sang Werkodara, pastilah sorga itu hancur lebur keadaannya.
Pendeta Purohita Danghyang Asmaranata kemudian meyampaikan pendapatnya
“Memang benar sabda paduka, perihal yang tadi disebut Bhimaswarga karena sang Werkodara itu sungguh sungguh teguh dan perwira “
Atas saran kedua orang kepercayaannya tersebut Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi kemudian memerintahkan kepada para Menterinya
“ Wahai paman paman sekalian, kini ada yang kami anggap manusia yang bernama Werkodara mengacau sorga yakni Raja Bali. Beliau sekarang tidak mau menghiraukan perintah kita disini. Oleh Karena itu marilah kita mencari Bhatara Bayu untuk menasehati atau menghukum Raja Bali itu “
Demikianlah hasil rapat tersebut yang memutuskan melaksanakan ekspedisi ke Pulau Bali untuk menangkap Raja Sri Gajah Waktera. Namun demikian usaha untuk menundukkan Bali tidaklah mudah karena Kerajaan bali dikawal oleh patih dan menteri yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi sehingga sulit untuk ditaklukkan.
Rapat akhirnya memutuskan bahwa sebelum Gajah Mada melakukan penyerangan ke Bali maka Kebo Iwa sebagai orang yang kuat dan sakti di Bali harus disingkirkan terlebih dahulu. Jalan yang ditempuh dengan tipu muslihat yaitu raja putri Tribhuwana Tunggadewi mengutus Gajah Mada ke Bali dengan membawa surat yang isinya seakan-akan raja putri menginginkan persahabatan dengan raja Bedahulu.
Keesokan harinya berangkatlah patih Gajah Mada ke Bali melalui lapangan Bubat kemudian meyusuri pantai dipesisir desa Pejarakan, Telagorung, Palu Ayam, Kapurancak dan mendarat di pantai Jembrana. Dari sana patih Gajah Mada melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melalui pesisir Umabangkah, Seseh, Kadungayan, Kalahan , Tuban dan terus ke Gumicik. Dari Gumicik Patih Gajah Mada mengarah ke utara menuju Sukawati. Di Sukawati Patih Gajah Mada dijemput oleh Kipasung Grigis yang sudah mengetahui perihal kedatangan patih Gajah Mada tersebut ke Bali.
Bersambung ke ..................... bagian kedua
Sunday, May 29, 2011
Sughighumah (Surirumah) Lelaki
Ini entri untok golongan2 yang udah berkawen je.....
haghap (harap) maklom!!!
Selame ni bile kite bercakap pasei (pasal) hei2 (hal2) ghumahtangge (rumahtangga)....
yang terlinteh (dalam) kepale otak kite....
koje masak, mengemaih (mengemas) ghumah (rumah), membasoh baju.....
dan segale koje kat ghumah (rumah)....
mesti oghang (orang) pompuan yang buat....
kite bukan kighe (kira) pun penat lelah si isteri ....
yang kite tau....
semue koje kene siap....
kalo tak kite naik suaghe (suara)....
paling kesian dengan isteri2 yang berkoje....
penat kat opis pun tak habeh (habis) lagi....
kat ghumah (rumah) udah ade koje yang tunggu....
mane ndak buat koje ghumah (rumah) nye....
mane ndak layan keghenah (kerenah) anak2....
tu tak campo lagi dengan melayan suami lagi tu....
sesekali bio si suami yang jenih (jenis) macam ni ghase (rasa)...
kome bagi deme yang buat koje ghumah (rumah) pulak...
bie die tau beghape (berapa) tensen nye bile kene buat 2 - 3 koje dalam satu mase....
bio die tau penat lelah isteri die pulak....
jangan hanye pandei mengarah bini jee....
tulong2 le same buat koje ghumah (rumah) tu....
bile kome (si suami) udah tolong bini kome buat koje ghumah (rumah)....
kome udah dapat kughangkan (kurangkan) tensen bini kome....
bini tensen bini kome dah dapat dikughang (dikurang).....
kome dapat eghatkan (eratkan) lagi perhubongan suami isteri....
Allah pun suke...
dan ade 'can' le kome dapat baby baghu (baru)...heheheh
P/S: kejap je ghupenye (rupanya) awok maleh (malas)....
Pesanan khidmat masyarakat untok dighi (diri) awok dan semue..
Malehnye (malasnya) Kome
Semalam awok ndak upload gambo2 ektibiti awok sefamili Sabtu & Ahad...
tapi awok kalah dengan tilam empok ghumah (rumah) Mertue awok....
dan Suboh ni dengan ghase (rasa) maleh (malas) ya amat....
awok bangon jugak bile kenangkan haghi (hari) ni banyak koje ndak dibuat...
tambah2 maleh (malas) bile tau haghi (hari) ni haghi Senayan (Hari Isnin)....
ndak berblog maleh (malas)....
ndak berblogwalking maleh (malas)....
ndak baleh (balas) komen pun maleh (malas)...
tapi awok pakse dighi (diri) buat koje yang melambak ni....
sekughang (sekurang2) nye koje hakiki awok idak le terjejaih (terjejas) same ateh (atas) kemalasan awok haghi (hari) ni....
tunggu lepaih (lepas) tengahaghi (tengahari) nanti...
ilang la kot maleh (malas) awok nanti ni...
tapi awok kalah dengan tilam empok ghumah (rumah) Mertue awok....
dan Suboh ni dengan ghase (rasa) maleh (malas) ya amat....
awok bangon jugak bile kenangkan haghi (hari) ni banyak koje ndak dibuat...
tambah2 maleh (malas) bile tau haghi (hari) ni haghi Senayan (Hari Isnin)....
ndak berblog maleh (malas)....
ndak berblogwalking maleh (malas)....
ndak baleh (balas) komen pun maleh (malas)...
tapi awok pakse dighi (diri) buat koje yang melambak ni....
sekughang (sekurang2) nye koje hakiki awok idak le terjejaih (terjejas) same ateh (atas) kemalasan awok haghi (hari) ni....
tunggu lepaih (lepas) tengahaghi (tengahari) nanti...
ilang la kot maleh (malas) awok nanti ni...
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
| Peranan buah dada dan puting wanita memang banyak, bukan sekadar menggoda nafsu lelaki saja, tapi buah dada sebagai bukti kalau gadis itu...
-
Khunsa, berasal dari perkataan Arab yang bererti lembut. Menurut Kamus Dewan, orang yang mempunyai dua alat kelamin. Golongan istimewa ini A...