Sunday, May 15, 2011

Kami doakan khas buat mu anakku

Anak sulung saya sedang berhempas pulas sekarang ini..sedang bertarung dalam peperiksaan akhir tahun (Tahun 6) beliau dalam perjuangan menuntut ilmu untuk menjadi seorang doktor...
Ummi, Abi, atok, wan dan adik-adik sentiasa mendoakan buat Kak Long di sana... semoga semuanya berjalan lancar seperti dikehendaki dan semoga Kak Long lulus dengan baik dan cemerlang dalam peperiksaan...InsyaAllah.  
Berusaha, Berdoa dan Berserah diri secara total ke Hadrat Allah SWT  dalam segalanya..
InsyaAllah Allah Maha Mendengar dan Maha Penyayang...
Selalu lah mengingati Allah SWT...
Amin.

Topik Paling Menakutkan Charles Darwin

Mata adalah organ yang amat kompleks dan sempurna rekaannya. Ia terdiri daripada 40 komponen, dan ia tidak dapat berfungsi jika salah satu daripadanya hilang. Setiap komponen ini mempunyai perincian rumit yang membuatkannya mustahil untuk ia muncul secara kebetulan. Contohnya, jika lensa tidak ada, mata tidak dapat berfungsi. Atau, jika lensa dan pupil bertukar tempat, mata tidak dapat berfungsi.

Malah air mata yang kelihatan seperti cecair ringkas adalah amat penting kepada mata. Mata yang tidak mempunyai air mata akan kering dan seterusnya menjadi buta. Lagipun, khasiat antiseptik air mata melindungi mata daripada kuman.

Struktur mata dapat disamakan dengan kereta. Sebuah kereta terdiri daripada banyak ceraian. Jika semua komponennya telah dipasang tetapi pedalnya hilang, kamu tidak akan dapat memandunya. Jika salah satu wayar motornya terputus, kereta tersebut tidak akan dapat bergerak. Mata juga seperti kereta, ia tidak dapat berfungsi jika salah satu komponennya hilang.
Bagaimanapun, para penyokong evolusi gagal menjelaskan bagaimana mata terbentuk, kerana mustahil sebiji mata dapat terbentuk secara kebetulan. Fikirkan, apakah mungkin 40 komponen berbeza dapat bercantum pada masa dan tempat yang sama? Ini termasuklah pupil, lensa, retina, kelopak mata, pembuluh mata, dan lain-lain perlu terbentuk secara kebetulan dan bercantum dengan sendiri. Sudah tentu ini adalah mustahil!
Jika kamu melihat sebuah kereta ketika kamu berjalan-jalan di dalam hutan dan bertanya bagaiman kereta ini boleh berada di sini, seseorang memberitahu kamu bahawa beberapa bahan daripada hutan telah bercantum dan membentuk kereta ini, apakah kamu akan mempercayainya? Apakah seseorang itu waras sekiranya dia mempercayai bahawa motor, pedal gas, stering, brek kaki, brek tangan, cermin hadapan, rangka dan bahagian-bahagian lain kereta dapat muncul secara mendadak dan bercantum untuk membentuk sebuah kenderaan?
 
Struktur mata lebih rumit dan sempurna daripada sebuah kereta. Oleh itu kita perlu mempersoalkan kesihatan mereka yang mendakwa mata terbentuk secara kebetulan. Darwin sendiri tidak dapat memahami bagaimana mata dapat muncul dan dia berkata, "Saya masih ingat apabila memikirkan tentang mata, ia membuatkan saya merasa seram sejuk". (Norman Macbeth, Darwin Retried: An Appeal to Reason, Boston; Gambit, 1971, muka surat 101) Pencipta teori ini tidak dapat membantu untuk menjelaskan tentang kesempurnaan struktur mata.
Darwin Juga Tidak Mahu Memikirkan Tentang Bulu Burung Merak. Pernahkah kamu mengkaji dengan terperinci bulu seekor burung? Bulu burung mempunyai ciri-ciri amat kompleks untuk membantunya terbang. Setiap bulu burung ini pula mempunyai warna yang berbeza dan kita gemar melihatnya. Contohnya, bulu burung merak sangat cantik sehingga manusia menjadikannya subjek lukisan atau kanvas pin renda.
 
Bagaimanapun, terdapat seorang yang amat tidak menggemarinya, terutama bulu burung merak. Beliau ialah Charles Darwin. Kerana Darwin percaya bulu burung merak terbentuk secara kebetulan. Tetapi, ia terlalu cantik sehingga menyukarkan orang lain menerima bahawa ia terbentuk secara kebetulan. Darwin menerangkan tentang bulu ini, "Sekarang, memikirkan tentang struktur-strutur khusus sering menyebabkan saya tidak selesa. Petanda yang terdapat pada bulu ekor merak, setiap kali saya melihatnya, membuatkan saya pening!".
 
Penulis ialah Harun Yahya/Adnan Oktar (Kaum-kaum Yang Pupus, Penipuan Evolusi, Relativiti Masa dan Hakikat Takdir). Dipetik daripada buku Keajaiban Ciptaan Allah.

MAJAPAHIT : GAJAH MADA

Gajah Mada ialah Mahapatih Majapahit yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Gajah Mada diperkirakan lahir pada tahun 1300 di lereng pegunungan Kawi - Arjuna, daerah yang kini dikenal sebagai kota Malang (Jawa Timur). Sejak kecil, Gajah Mada sudah menunjukkan kepribadian yang baik, kuat dan tangkas. Kecerdasannya telah menarik hati seorang patih Majapahit yang kemudian mengangkatnya menjadi anak didiknya. Beranjak dewasa terus menanjak karirnya hingga menjadi Kepala (bekel) Bhayangkari (pasukan khusus pengawal raja). Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara (1309-1328) dan mengatasi pemberontakan Ra Kuti, ia kemudian diangkat sebagai Patih Kahuripan pada 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.

Gajah Mada adalah seorang mahapatih kerajaan Majapahit yang didaulat oleh para ahli sejarah Indonesia sebagai seorang pemimpin yang telah berhasil menyatukan nusantara. Sumber-sumber sejarah yang menjadi bukti akan hal ini banyak ditemukan diberbagai tempat. Di antaranya di Trowulan, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang dahulu pernah menjadi ibu kota kerajaan Majapahit. Kemudian di Pulau Sumbawa, di mana sebuah salinan kitab Negarakertagama di temukan. Prasasti dan candi adalah peninggalan-peninggalan masa lalu yang menjadi bukti lain pernah jayanya kerajaan Majapahit di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, dengan rajanya yang berkuasa Sri Rajasanagara (Dyah Hayam Wuruk).

Peristiwa pemberontakan yang paling berdarah pada masa pemerintahan Sri Jayanegara, raja Majapahit yang kedua. Pemberontakan yang dilakukan oleh Dharmaputra Winehsuka di bawah pimpinan Ra Kuti - rekan Gajah Mada dalam keprajuritan - sampai mampu melengserkan sang prabu Jayanegara dari singgasananya untuk sementara dan mengungsi ke pegunungan kapur utara, sebuah daerah yang diberi nama Bedander.

Ra Kuti, Ra Tanca, Ra Banyak, Ra Wedeng, dan Ra Yuyu pada mulanya adalah prajurit-prajurit yang dianggap berjasa kepada negara. Oleh karenanya sang prabu Jayanegara memberikan gelar kehormatan berupa Dharmaputra Winehsuka kepada kelima prajurit tersebut. Entah oleh sebab apa, mereka, dipimpin oleh Ra Kuti melakukan makar mengajak pimpinan pasukan Jala Rananggana untuk melakukan pemberontakan terhadap istana. Pada waktu itu Majapahit memiliki tiga kesatuan pasukan setingkat divisi yang dinamakan Jala Yudha, Jala Pati, dan Jala Rananggana. Masing-masing kesatuan dipimpin oleh perwira yang berpangkat Tumenggung.

Gajah Mada, pada waktu itu masih menjadi seorang prajurit berpangkat Bekel. Pangkat bekel dalam keprajuritan pada saat itu setingkat lebih tinggi dari lurah prajurit, namun masih setingkat lebih rendah dari Senopati. Pangkat di atas Senopati adalah Tumenggung, yang merupakan pangkat tertinggi. 

Gajah Mada membawahi satu kesatuan pasukan setingkat kompi yang bertugas menjaga keamanan istana. Nama pasukan ini adalah Bhayangkari. Jumlahnya tidak lebih dari 100 orang, namun pasukan Bhayangkari ini adalah pasukan khusus yang memiliki kemampuan di atas rata-rata prajurit dari kesatuan mana pun.

Informasi tentang adanya pemberontakan tersebut diperoleh dari seseorang yang memberitahu Gajah Mada akan adanya bahaya yang akan datang menyerang istana pada pagi hari. Tidak dijelaskan siapa dan atas motif apa seseorang tersebut memberikan informasi tersebut kepada Gajah Mada. Satu hal yang cukup jelas bahwa orang tersebut mengetahui rencana makar dan kapan waktu dilakukan makar tersebut menandakan bahwa informan tersebut memiliki hubungan yang cukup dekat dengan pihak pemberontak.

Mendapatkan informasi tersebut Gajah Mada segera melakukan koordinasi dengan segenap jajaran telik sandi yang dimiliki pasukan Bhayangkari, tidak ketinggalan terhadap telik sandi pasukan kepatihan. Saat itu mahapatih masih dijabat oleh Arya Tadah, yang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Gajah Mada.

Gajah Mada juga melakukan langkah koordinasi kekuatan terhadap tiga kesatuan pasukan utama Majapahit dengan cara menghubungi masing-masing pimpinannya. Tidak mudah bagi seorang bekel untuk bisa melakukan hal ini karena ia harus bisa menemui para Tumenggung yang berpangkat dua tingkat di atasnya. Namun, Arya Tadah yang tanggap akan adanya bahaya, telah membekali Gajah Mada dengan lencana kepatihan, sebuah tanda bahwa Gajah Mada mewakili dirinya dalam melaksanakan tugas tersebut.

Dua dari tiga pimpinan pasukan berhasil dihubungi. Namun keduanya menyatakan sikap yang berlainan. Pasukan Jala Yudha bersikap mendukung istana, sedangkan pasukan Jala Pati memilih bersikap netral. Pimpinan pasukan Jala Rananggana tidak berhasil ditemui karena pada saat itu kesatuan pasukan tersebut telah mempersiapkan diri di suatu tempat yang cukup jauh dari istana untuk mengadakan serangan dadakan keesokan harinya. Yang selanjutnya terjadi adalah perang besar yang melibatkan ketiga kesatuan utama pasukan Majapahit. Akhirnya peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak pemberontak, dan memaksa sang Prabu Jayanegara mengungsi ke luar istana dilindungi oleh segenap kekuatan pasukan Bhayangkari.

Namun, tidak seluruh anggota pasukan Bhayangkari yang memihak raja. Hal ini tentu menyulitkan tindakan penyelamatan sang prabu karena setiap saat di mana saja, musuh dalam selimut bisa bertindak mencelakai sang prabu. Hal ini yang mendorong Gajah Mada melakukan tindakan penyelamatan yang rumit sampai membawa sang prabu ke Bedander, sebuah daerah di pegunungan kapur utara.

Dengan kecerdikannya, memanfaatkan kekuatan dan jaringan yang dimiliki, akhirnya Gajah Mada berhasil mengembalikan sang prabu ke istana. Prabu Sri Jayanegara memang selamat dari kejaran Ra Kuti dan pengikut-pengikutnya. Namun, sembilan tahun kemudian, salah seorang Dharmaputra Winehsuka yang telah diampuni dari kesalahan akibat terlibat dalam pemberontakan tersebut, melakukan tindakan yang sama sekali tidak terduga : yaitu membunuh sang prabu saat diminta untuk mengobati bisul sang prabhu. Dia adalah Ra Tanca, yang akhirnya langsung dibunuh oleh Gajah Mada.

Selanjutnya silahkan membaca bagian yang kedua.


Budak2 Zaman Sekaghang (sekarang)

Awok tadi ke Jaya Jusco Ipoh....
niat hati nak raikan besday Puteri Sulong awok...
Nur Qurratu'aini yang haghi (hari) ni genap 4 tahon.....
tapi bukan itu yang awok nak ceghite (cerita)....

kesahnye macam ni....
sedih betoi le awok nengok kan bebudak Melayu Islam sekaghang (sekarang) ni....
deme idak tau dah malu nak tunjok kan 'kaseh sayang' deme pade oghang (orang) lain...
bukan deme higho (hirau) pun oghang (orang) ghamei (ramai) sekeliling deme.....
bangge betoi deme dapat tunjok pade oghang (orang) berpelok sakan ye....

awok yang dengan famili awok......
dengan Mem awok, 3 oghang (orang) anak kecik....
dengan yang sulong udah pandei bertanye macam2....
semue bende die nak tau.....

dan kebetolan ade satu pasangan ni....
yang lelaki dok menyando (menyandar) kat dade budak pompuan nye.....
yang si budak pompuan nye pulak pipi udah nak bertemu dengan mulot si jantan tu....
sebelah deme tu ade soghang (sorang) ahso....
tak tau malu langsong deme ni.....

awok yang udah paneh (panas) hati....
apelagi.....
teghoih (terus) bertanye ...
"kome ni udah kawen ke??' (dengan nada keghaih (keras) awok tanye).....
selambe pulak si jantan tu jawab......
"belom".......
lagi le awok paneh (panas) hati......

teghoih (terus) awok tarbiah deme kat situ (heheheh...tetibe teghase (terasa) macam ustaz pulak)....
"kome berdue ni Islam..... tu.....ditengok dek oghang (orang) Bukan Islam malu kite......
deme lain le bukan ade halei (halal) hagham (haram)".....
lepaih tu...
baghu le bebudak tu dudok berjauh sikit.....
dan dengan muke bengang deme bangon daghi (dari) situ dengan tak menoleh ke belakang pun....

lantak le.....
janji awok udah lepaih (lepas) tanggongjawab awok.....
betoi le kate....
Selemah-lemah Iman kite tego dengan hati.....
tapi kome kalo bulih tego le dengan lidah dan perbuatan kome....
sekaghang (sekarang) bukan zaman budak2 tau malu dah dengan oghang (orang) sekeliling.....

Jage le keluarge kite sekaghang (sekarang) ni....
kalo pun kite tak bulih nak jage masyaghakat (masyarakat) kite...
Jage dighi (diri) hiasi peghibadi (Peribadi)....

EKSPEDISI MAJAPAHIT KE BALI (6)

Kebo Iwa :

“Wahai Patih Gajah Mada ! Cita-citamu untuk membuat nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti, namun selama ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk kapur ke tubuhku.

Pernyataan Patih Kebo Iwa rupanya membuat terkesiap Patih Gajah Mada. Patih Gajah Mada menunjukkan reaksi keheranan yang amat sangat atas perkataan Patih Kebo Iwa. Gajah Mada yang mengerti atas keinginan Kebo Iwa, nampak menghantamkan jurusnya ke batu kapur, batu itupun luluh lantak menjadi serpihan bubuk. Patih Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Patih Kebo Iwa dengan ilmunya, bubuk kapur menyelimuti tubuh sang patih Nampak Patih Kebo Iwa, sesak napasnya oleh karena bubuk kapur tersebut.

Kiranya bubuk kapur tersebut membuat olah pernapasan Patih Kebo Iwa menjadi terganggu, hal tersebut mengakibatkan kesaktian tubuh Patih Kebo Iwa menjadi lenyap.Patih Gajah Mada melesat ke arah Patih Kebo Iwa, menusukkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwa. Dan sebelum kepergiannya, dengan sisa tenaga yang ada Patih Kebo Iwa mengutarakan apa yang ingin dikatakan untuk terakhir kali. 

Patih Kebo Iwa :

“Kiranya kematianku tidak sia-sia adanya…biarlah nusantara yang kuat bersatu hasil yang pantas atas harga hidupku”.

Patih Gajah Mada dengan raut muka sedih, memberikan jawaban atas perkataan Patih Kebo Iwa.

“Kepergianmu sebagai tokoh besar akan terkenang dalam sejarah… Sejarah suatu Nusantara yang satu dan kuat”.

Tak lama setelah mendengar pernyataan tersebut, Kebo Iwa menghembuskan napas terakhirnya, pergilah sudah, meninggalkan raga seorang patih tertangguh dalam sejarah Bali… dan pertiwi pun meredup melepas kepergian salah satu putra terbaiknya.

Meninggalnya Kebo Iwa akhirnya memuluskan upaya Majapahit untuk melaksanakan ekspedisi ke Bali  menangkap Raja Sri Gajah Waktera. Untuk melaksanakan ekspedisi tersebut digelarlah sidang antara Ratu Majapahit dengan para pembesar/ pejabat istana. Dalam perundingan tersebut ikut serta adik adik Raden Cakradara yang merupakan suami dari Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi


Catatan penulis  :
 
Artikel ekspedisi Majapahit ke Bali ini lebih bernuansa 'dongeng sejarah', tetapi terlepas dari hal itu terdapat suatu pesan yang penting untuk kita simak bersama, yaitu  :
 
Keinginan serta niat yang suci untuk mempersatukan Nusantara tidak akan pernah bisa dihalangi oleh hal apapun, dan tidak dapat disurutkan oleh kekuatan sebesar apapun. Hal ini telah direalisasikan oleh pendiri negeri sekaligus Proklamator Negeri ini. Betapa tidak, siapa yang menduga bakal muncul suatu negara baru yang bernama Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negaranya ? Tidak satupun bangsa-bangsa di dunia pada waktu itu dapat memprediksi bahwa Soekarno mampu memproklamirkan negeri ini dari suatu ketiadaan, dari suatu ketidak-berdayaan, serta mampu melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang telah mengakar berurat sangat lama. Sejarah Soekarno dalam memproklamirkan Indonesia (bila kita kaji lebih mendalam) adalah sama persis dengan upaya Sanggramawijaya dalam upaya menumpas Jayakatwang dan tentara Tartar untuk mendirikan suatu kerajaan baru yang bernama Majapahit.
 
Majapahit yang kedua telah dimunculkan oleh beliau Ir. Soekarno dengan nama Indonesia. Akankah muncul Majapahit yang ketiga yang mampu melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan ekonomi, melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan budaya, membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan sosial-politik, membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan oleh bangsa sendiri serta mampu membawa bangsa Indonesia ke dalam cakrawala baru yang makmur, sentausa dan berdikari serta dihormati oleh bangsa-bangsa lain ?

EKSPEDISI MAJAPAHIT KE BALI (5)

Kembali ke awal cerita dimana salah seorang Kriyan diutus untuk menjemput Ki Kebo Iwa yang ditinggal oleh Patih Gajah Mada di daerah Banyuwangi berhasil menemui Ki Kebo Iwa dan mengantarnya ke Istana Majapahit. Kedatangan Patih Kebo Iwa ke tanah Majapahit menyebabkan para tentara, baik yang belum pernah melihatnya maupun yang pernah takluk atas kekuatannya, menjadi terperangah, kagum, bercampur rasa ngeri dan waspada, tentara Majapahit, menampakkan ekspresi terkejut dan cemas. Arah pandang mereka terpusat ke satu tujuan yang sama. Beberapa diantara mereka nampak sedang berbisik pelan dengan teman yang berada di sebelahnya ;

“Lihatlah ukuran tubuhnya! Luar biasa ! Mengerikan !”.

Patih Gajah Mada menyambut kedatangan Patih Kebo Iwa: “Salam, Patih yang tangguh ! Selamat datang di Kerajaan Majapahit”. Patih Kebo Iwa yang menimpali salam dari Patih Gajah Mada :

“Terima Kasih Patih, kiranya anda bersedia untuk langsung menjelaskan maksud dari baginda Tri Bhuwana Tunggadewi yang meminta saya untuk datang ke Majapahit".

Gajah Mada : “Seperti yang telah dikabarkan sebelumnya, Patih kebo Iwa, baginda Raja mengharapkan kedatangan patih guna menjalin suatu tali persahabatan dengan Kerajaan Bedahulu di Bali dan juga berharap agar patih bersedia menemui wanita terhormat pilihan baginda yang dirasa pantas untuk mendampingi seorang patih yang tangguh seperti anda”.

Gajah Mada menarik nafas panjang kemudian melanjutkan kata-katanya: “Akan tetapi sebelumnya, akan sangat berati apabila Patih kerajaan. Kebo Iwa berkenan membuat sumur air di sana yang nantinya akan dipersembahkan untuk wanita calon pendamping anda. Lebih lagi, sumur itu nantinya juga akan dimanfaatkan oleh rakyat kerajaan Majapahit yang saat ini sedang kekurangan air. Kiranya patih berkenan mengabulkan permohonan ini.

Patih Kebo Iwa memiliki jiwa besar dan lurus hatinya, akhirnya diapun meluluskan permintaan tersebut. Nampak Patih Kebo Iwa yang sedang mempertimbangkan permintaan tersebut. Kemudian memutuskan untuk memenuhi permintaan tersebut. Kebo Iwa (berpikir sejenak) kemudian dia berkata:

“Baiklah, biarlah kekuatanku ini kupergunakan untuk sesuatu yang menghadirkan berkat bagi orang banyak”.

Tanpa banyak cakap lagi, patih Kebo Iwa segera melakukan aktivitasnya untuk menciptakan sebuah sumur air. Sebelum memulai pekerjaannya, tidak lupa Patih Kebo Iwa meminta pedoman dari Sang Hyang Widi. Kebo Iwa : (dalam hati) Ya Yang Kuasa, segala yang akan saya lakukan semoga menggambarkan kebesaran namaMu. Kebo Iwa mulai menggali sumur di tempat yang telah ditunjuk. Dalam waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam. Namun belum ada mata air yang keluar. Di atas lubang sumur yang digali oleh Patih Kebo Iwa, para prajurit Majapahit terlihat berkerumun, nampak mereka memusatkan pehatian pada Patih Gajah Mada. Seakan mereka menantikan sesuatu perintah…Tiba-tiba Gajah Mada berteriak :

“Timbun dia dengan batu………!!!!” Seketika itu juga, para prajurit menimbun kembali lubang sumur yang sedang dibuat, dengan Patih Kebo Iwa berada di dalamnya.

Para prajurit menimbun lubang sumur dengan batu hasil galian itu sendiri, nampak Kebo Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya batu. Dalam waktu yang singkat, lubang sumur itupun tertutup rapat mengubur seorang pahlawan besar didalamnya. Patih Gajah Mada yang berbicara kepada para prajuritnya :

“Sungguh amat disayangkan seorang pahlawan besar seperti dia harus mengalami ini. Namun, hal ini terpaksa harus dilakukan, agar nusantara ini dapat dipersatukan. Dengan ini kerajaan Bali akan menjadi bagian dari Majapahit .”

Tiba-tiba timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam prajurit Majapahit, terdengar teriakan membahana dari dalam sumur. Kebo Iwa : (berteriak)

“Belum ! Bali masih tetap merdeka, karena nafasku masih berhembus !!.

Batu-batu yang ditimbunkan melesat kembali keangkasa dibarengi dengan teriakan prajurit Majapahit yang terhempas batu. Dari dalam sumur, keluarlah Patih Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat untuk dikalahkan. Patih Gajah Mada terkejut, menyaksikan Patih Kebo Iwa yang masih perkasa, dan beranjak keluar dari lubang sumur.

Kebo Iwa : “Dan pembalasan adalah apa yang kutuntut dari sebuah pengkhianatan !” Patih Kebo Iwa menyerang Patih Gajah Mada dengan kemarahan dan dendam yang mewarnai pertempuran. Akibat amarah dan dendam yang dirasakan oleh Patih Kebo Iwa, pertempuran berlangsung sengit selama beberapa waktu. Disela-sela saling serang Gajah Mada berteriak:”Untuk memersatukan dan memperkuat nusantara, segenap kerajaan hendaklah dipersatukan terlebih dahulu. Dan kau berdiri di garis yang salah sebagai seorang penghalang !”.

Kesaktian Patih Kebo Iwa, sungguh menyulitkan usaha Patih Gajah Mada untuk menundukkannya. Pertempuran antara keduanya masih berlangsung hebat, namun amarah dan dendam Patih Kebo Iwa mulai menyurut…Dan rupanya Patih Kebo Iwa tengah bertempur seraya berpikir … Dan apa yang tengah dipikirkan olehnya, membuat dia harus membuat keputusan yang sulit… Kebo Iwa : (dalam hati) Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini, keinginannya untuk mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini. Namun apabila, aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa yang akan aku katakan nantinya pada Baginda Raja sebagai sangkalan atas sebuah prasangka pengkhianatan ? Masih dalam keadaan bertempur, secara sengaja Patih Kebo Iwa melontarkan pernyataan yang intinya mengenai hal untuk mengalahkan kesaktiannya.

Bersambung ................ ke bagian keenam
 

EKSPEDISI MAJAPAHIT KE BALI (4)

Danau Beratan merupakan tempat dimana , Kebo Iwa biasanya membersihkan, walaupun jaraknya cukup jauh namun dengan tubuh besarnya jarak tidak menjadi masalah baginya, dia bisa mencapai setiap tempat yang diinginkannya di wilayah Bali dengan waktu singkat. Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang mengeluarkan air.

Walaupun terlahir dengan tubuh besar, namun Kebo Iwa adalah seorang pemuda dengan hati yang lurus. Suatu ketika dalam perjalanannya pulang dari danau Beratan, Tampak segerombolan orang dewasa yang tidak berhati lurus. Dari kejauhan para warga desa merasa sangat cemas. Tampak seorang dari mereka tersita perhatiannya pada seorang gadis cantik. Laki-laki itu menggoda gadis ini dengan kasar, gadis ini menjadi takut dan enggan berbicara. Laki-laki itu semakin bernafsu dan tangan-tangannya mulai melakukan tindakan yang tidak senonoh.

Tiba-tiba Kebo Iwa muncul di belakang gerombolan tersebut, mencengkeram tangan salah seorang dari mereka, nampak kegeraman terpancar dari wajahnya, laki-laki itu menjerit kesakitan, gerombolan itu sangat terkejut melihat Kebo Iwa yang begitu besar, ketakutan nampak dari raut muka gerombolan tersebut. Gerombolan tersebut kemudian lari tunggang langgang. Demikianlah Kebo Iwa membalas jasa baik para warga desanya dengan menjaga keamanan di mana dia tinggal. Tubuh yang besar sebagai karunia dari Sang Hyang Widi dimanfaatkan dengan sangat baik dan benar oleh Kebo Iwa.

Pada abad 11 Masehi, sebuah karya pahat yang sangat megah dan indah dibuat di dinding Gunung Kawi, Tampaksiring. Kebo Iwa yang memahat dinding gunung dengan indahnya, hanya dengan menggunakan kuku dari jari tangannya saja. Karya pahat tersebut dibuat hanya dalam waktu semalam suntuk, menggunakan kuku dari jari tangan Kebo Iwa. Pahatan tersebut diperuntukkan memberikan penghormatan kepada Raja Udayana, Raja Anak Wungsu, Permaisuri dan perdana menteri raja yang disemayamkan disana. Raja Anak Wungsu adalah raja yang berhasil mempersatukan Bali.

Salah satu hal yang paling istimewa dari Kebo Iwa adalah kemampuannya untuk membuat sumur mata air. Kebo Iwa dengan segenap kekuatan menusukkan jari tangannya ke dalam tanah, dengan kekuatan jari tangannya yang dahsyat, dia mampu mengadakan sebuah sumur mata air, hanya dengan menusukkan jari telunjuknya ke dalam tanah. Beragam kemampuan yang luar biasa tersebut, menyebabkan timbulnya daya tarik tersendiri dari pribadi seorang Kebo Iwa. Dan kekuatan luar biasa itu, menyebabkan seorang raja yang berkuasa keturunan terakhir dari Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten… menginginkan Kebo Iwa untuk menjadi salah satu patihnya di wilayah Blahbatuh…Yang juga dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu.. Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan saat itu dia mengucapkan janji bahwa selama Kebo Iwa masih bernafas Bali tidak akan pernah dikuasai.

Pura Gunung Kawi Bali, yang konon dibuat oleh Kebo Iwa


Dengan dukungan dari patih Kebo Iwa yang luar biasa kuat, Sri Astasura Bumi Banten menyatakan bahwa kerajaannya tidak akan mau ditundukkan oleh kerajaan Majapahit yang berkehendak untuk menaklukkan kerajaan di Bali. Adapun kerajaan Majapahit waktu itu dipimpin oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi, dengan patihnya yang paling terkenal dengan Sumpah Palapanya (sumpah untuk tidak menikmati kenikmatan dunia bila seluruh wilayah nusantara belum dipersatukan di bawah panji Majapahit) yang bernama Gajah Mada.

Bersambung  ............... ke bagian kelima 

Gambar Belangkas