Sunday, May 15, 2011

EKSPEDISI MAJAPAHIT KE BALI (3)

Setelah menempuh perjalanan yang panjang akhirnya sampailah mereka di pesisir pantai Banyuwangi. Disana mereka mampir di rumah Raden Arya. Keesokan harinya patih Gajah Mada akan melanjutkan perjalanannya ke Majapahit dan minta ke pada Kebo Iwa untuk menunggunya di tempat ini karena ia akan meloporkan terlebih dahulu hasil perjalanannya ke Pulau Bali kepada Ratu Majapahit.

Tidak diceritakan dalam perjalanannya sampailah Patih Gajah Mada di Istana Majapahit dan langsung menghadap Ratu Tribhuwana Tunggadewi melaporkan hasil kunjungannya ke Pulau Bali menemui Raja Sri Gajah Waktera. Patih Gajah Mada juga melaporkan bahwa telah berhasil membawa Kebo Iwa kemari dan sekarang telah menunggu di banyuwangi di rumah Raden Arya serta berbagai upaya yang telah dilakukan untuk melenyapkan Kebo Iwa namun selalu menemui kegagalan. Setelah melalui perundingan yang cukup panjang akhirnya diputuskan bahwa upaya yang ditempuh adalah dengan menyediakan seorang gadis cantik untuk menggoda Kebo Iwa.

Ki Kebo Iwa adalah seorang yang sangat disegani karena kesaktian yang dimiliki dan sifat pemberani serta kejujuran hatinya sehingga sampai sampai Majapahit yang sangat termasyur akan kejayaannya di medan pertempuran mengalami kesulitan untuk menundukkan kerajaan Bali kalau patih Kebo Iwa masih ada.

Untuk mengungkap lebih jauh tentang keberadaan Kebo Iwa berikut kami uraikan mengenai asal usul beliau :

Di desa Bedahulu wilayah kabupaten Tabanan, Bali pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yaitu Ki Demang yang terkenal dengan lurah Bekung ( Lurah-sakti dan bekung ). Lama beliau tidak berputra sedangkan Ki Demang ini sangat dihormati, disegani, oleh kawan dan lawan, beliaulah yang menciptakan Yeh ngenu, hasil dari membedah-hulu sungai, sehingga desanya disebut dengan desa Bedah-Hulu ( bukan bedahulu ) yang tadinya desanya adalah kering krontang, tandus dengan adanya Yeh Ngenu, maka desanya menjadi subur makmur, sampai terkenal kesuburannya didaerah Bali. Hanya sayang beliau tidak punya keturunan, akhirnya dengan menggunakan Mantramnya untuk Nyeraya Putra ( Nunas kesidian ngelungsur Putra ) dengan jalan Agni Gotra, beliau mohon kepada Sang Pencipta untuk diberikan keturunan. Namun karena niat yang terlalu besar untuk mempunyai keturunan sehinnga secara tidak sengaja istrinya menyampaikan permohonan yang berlebihan .

“Asalkan diberkati putra, berapapun kuat makan putranya itu akan diladeni”

Demikianlah konon sosot / sesangi tambahan yang nyeplos dari istri Ki Demang tersebut. Waktu pun berlalu sampai akhirnya sang istri mulai mengandung, betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki. Bayi tersebut hendak disusui oleh ibunya, namun jarinya terus menunjuk ke arah sebuah nasi kukus. Bahwa nantinya anak ini akan menjadi tokoh besar, sudah nampak tanda- tandanya sejak dini.

Bayi itu menangis merengek seolah meminta sesuatu. Sang Ibu kasihan mendengar rengekan sang bayi , Ibu kemudian mengambil nasi kukus tersebut dan mencoba untuk memberikannya pada bayi. Ibu bergumam dalam hatinya : Apakah anak ini ingin merasakan nasi kukusan ini? Umurnya belum cukup untuk makan nasi?”
Tak dinyana ternyata bayi tersebut memakan nasi kukus tersebut dengan lahapnya. Ibu bayi tersebut menampakkan keterkejutan yang sangat. Ketika baru lahir, anak tersebut sudah bisa untuk memakan nasi… Ibu:” Astaga, Kau telah berikan anak yang luar biasa, ya Hyang Widi… Ternyata yang lahir bukanlah bayi biasa. Ketika masih bayi pun ia sudah bisa makan makanan orang dewasa. Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.

Kebo Iwa makan dan makan terus sehingga lama kelamaan habislah harta orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi sanggup memberi makan anaknya. Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya. Bahan-bahan pangan tersebut diolah oleh Kebo Iwa di Pantai Payan, yang bersebelahan dengan Pantai Soka.


Bersambung ................ kebagian keempat 

EKSPEDISI MAJAPAHIT KE BALI (2)

Dalam pertemuannya dengan Ki Pasung Grigis, Patih Gajahmada menyampaikan maksud dan tujuannya ke Bali karena diutus oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan surat kehadapan Raja Sri Gajah Waktera. Mendengar keterangan tersebut Ki Pasung Grigis sangat risau hatinya karena menduga pasti ada sesuatu hal yang sangat penting sampai mengutus seorang patih Gajah Mada yang sangat disegani di wilayah Nusantara untuk datang ke Bali. Ki Pasung Grigis mempersilahkan Patih Gajah Mada untuk menunggu terlebih dahulu di Karang Kepatihan karena kedatangan Patih Gajahmada akan dilaporkan terlebih dahulu ke hadapan Raja Sri Gajah Waktera.

Tiada diceritakan dalam perjalanannya Ki Pasung Grigis akhirnya sampai di Istana Bedulu dan langsung menghadap sang Prabu untuk melaporkan perihal kedatangan Patih Gajah Mada dari Majapahit. Kemudian atas ijin sang Prabu, Ki Pasung Grigis kemudian mempersilahkan Patih Gajah Mada untuk menghadap Raja Sri Gajah Waktera di Istana Bedulu.

Dihadapan Raja Sri Gajah Waktera patih Gajah Mada menyampaikan maksud kedatangannya dan menyerahkan surat dari Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi. Surat tersebut kemudian diterima yang isinya

“ Hormat susuhunan pukulun yang menaungi bumi Bali ini. Kami di Majapahit sebagai burung elang dalam bulan oktober, berkepanasan berharap harap hujan. kami disini sebagai burung tadahasih yang selalu meratap pada waktu bulan tak bersinar. Tiada lain hanya Sri Susuhunanlah yang patut menaungi bumi ini dan yang patut dijunjung. Dari itu harapan kami janganlah kiranya paduka tuan menyimpang dari tali persahabatan kita yang sudah erat sedari dulu. Kami risau karena menurut berita berita yang kami peroleh, konon Sri Susuhunan akan menyerang kekuasaan kami di Jawa. Nah jika sungguh kabar itu demikian, kami mohon sekali agar penyerbuan paduka terhadap kami diurungkan. Maksud kami tak lain dan tak bukan hanya berkawan saja dengan Sri Susuhunan disini. Sekiranya maksud kami, paduka setujui maka kami mohon kiranya Paduka sudi mengirim Ki Kebo Iwa yakni patih paduka yang masih jejaka ke Jawa bersama patih Gajah Mada. Maksud kami, ia akan kami nikahkan dengan putri Lemah Tulis yang sangat masyur kecantikannya. Itulah kebaikan kami yang kami tunjukkan kepada paduka demi untuk mempererat persahabatan diantara kita. Sekian hormat dari kami Tribhuwana “

Demikianlah isi surat dari ratu Tribhuwana Tunggadewi. Sri Baginda sangat gembira hatinya setelah membaca surat tersebut dan hatinya tiada terbalas akan kebaikan hati ratu Majapahit tersebut. Menanggapi tawaran dari Majapahit, Patih Kebo Iwa yang setia terhadap rajanya, memohon petunjuk dan persetujuan dari baginda Sri Astasura Bumi Banten. Sang Raja menyetujuinya tanpa rasa curiga. Sebelum pergi ke Majapahit, Patih Kebo Iwa terlebih dahulu melakukan upacara keagamaan di Pura Uluwatu, untuk meminta kekuatan dari Sang Hyang Rudra. Dan Sang Hyang Rudra memenuhi permintaan Kebo Iwa, mengakibatkan meningkatnya kekuatan dan kesaktian menjadi sangat luar biasa.

Patih Gajah Mada bersama Ki Kebo Iwa kemudian mohon pamit kepada Sri Baginda. Mereka berjalan mengarah keselatan menuju pesisir pantai. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan mengarungi lautan, namun ketika sampai di tengah lautan tiba tiba Ki Kebo Iwa terjatuh ke dalam lautan. Hal tersebut memang telah direncanakan sebelumnya oleh patih Gajah Mada untuk menyingkirkan Ki Kebo Iwa. Akan tetapi walaupun jatuh di laut yang dalam Ki Kebo Iwa karena kesaktiannya mampu berenang dan menyusul sampan patih Gajah Mada. Melihat hal tersebut patih Gajah Mada tiada berdaya lagi dan mencari jalan lain untuk menyingkirkan ki Kebo Iwa.

Bersambung ke  ................. bagian ketiga

Saturday, May 14, 2011

Jasa dan pengorbanan guru

credit to google

" Selamat pagi cikguuuu..." itu lah ucapan yang wajib murid-murid ucapkan tiap kali cikgu masuk kelas, bila habis waktu kelas sebelum cikgu beredar skali lagi ucapan terima kasih berkumandang dgn irama yang tersendiri . mengimbau dizaman persekolahan dulu tahun 1980 deena mula bersekolah darjah 1 di Sek. Keb Puchong sehinggalah tahun 1985 dan seterusnya di Sek. Men.Puchong Bt 14.

Banyak kenangan manis dan kelat hehe.... tika zaman persekolahan dulu, yang kelat bila selalu kena denda berdiri atas kerusi dan piat telinga. anti tul ngan cikgu tu !  Balik dari sekolah plak ajak kengkawan mandi sungai sambil menangguk anak ikan pelaga.. comey ikan tu warna warni lagi haaa.. malam gi ngaji, slalu kena sergah sebab malas melancar ayat ,asyik blur jer keje.. rindu dan masih ingat lagi pada cikgu zainun, cikgu mastura, cikgu shaari, cikgu patmanathan, ustazah halimah, cikgu razali..


credit to google
Kalau nak tau cikgu patmanathan pandai tulis tulisan jawi, klakar pun yer gak cikgu ni. ape la kabar dia skang. kenangan yg paling deena tak bleh lupa bila cikgu memilih karangan deena dan membaca di depan kawan-kawan, sampai sebak cikgu baca.. ! rasa nya biasa-biasa jer deena karang kisah penderitaan hidup sebuah keluarga dan rasa dihargai sangat masa tu.   Peranan dan tanggungjawab seorang guru di samping mendidik anak bangsa bknnya mudah, banyak pengorbanan dan halangan perlu hadapi untuk memastikan anak didik berjaya hingga ke manara gading dan menjadi manusia yang berguna.. " Tak terbalas jasa-jasa mu cikgu "... Selamat hari guru....


Guru Oh Guru ~ Usman Awang 1979

Berburu ke padang datar,
Dapat rusa belang kaki,
Berguru kepalang ajar,
Ibarat bunga kembang tak jadi.....

Dialah pemberi setia..
Tiap akar ilmu miliknya
Pelita dan lampu segala
Untuk manusia sebelum menjadi dewasa

Dialah ibu dialah bapa juga sahabat
Alur kesetiaan mengalirkan nasihat
Pemimpin yang ditauliah segala umat
Seribu tahun katanya menjadi hikmat

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara
Jika hari ini seorang ulama yang mulia
Jika hari ini seorang peguam menang bicara
Jika hari ini seorang penulis terkemuka
Jika hari ini siapa saja menjadi dewasa
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa...
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis baca..

Di mana-mana dia berdiri di muka muridnya
Di sebuah sekolah mewah di Ibu Kota
Di bangunan tua sekolah Hulu Trengganu
Dia adalah guru mewakili seribu buku
Semakin terpencil duduknya di ceruk desa
Semakin bererti tugasnya kepada negara

Jadilah apa pun pada akhir kehidupanmu, guruku
Budi yang diapungkan di dulang ilmu
Panggilan keramat "cikgu" kekal terpahat
Menjadi kenangan ke akhir hayat...


p/s : guru ibarat lilin membakar diri  untuk menerangi orang lain.. hargailah jasa guru

Jenjalan di malam minggu...

belakang tu laut ko..

Malam tadi ikut abang antor guest dia ( group Anugerah Bestari, Ampang ), ada dinner di restoran bamboo. nampak keletihan geng ni, penat gamak nya tour sehari suntuk ngan shopping skali. pastu berlari plak gi hotel D'Baron jumpa En Raja Azhar dari kl, dan isteri beliau yg sedang menikmati makan malam, bulan madu katanya..seronok katanya dapat mandi di tasik dayang bunting, dan pasang niat agar dikurniakan zuriat apabila pulang nanti.. insyaallah ada rezeki dengan izin dari Nya..

Cer suasana malam minggu kat sini tak macam di kl nun happening, xder ape2 yang nak di layan or tengok huhu.. melainkan musim cuti-cuti malaysia tu pasti macam pesta di pekan kuah ni. ermmm... nama nak duk lelama atau beli aset kat sini tak mungkin kot... mau keras deena nanti hehe... 

p/s: casper... ! awok jumpa hubby kome kat d'baron tadi.. ;-)

MAJAPAHIT BUKAN KESULTANAN ISLAM (3)

Fakta ketiga yang dipergunakan oleh Herman Sinung Janutama untuk memperkuat argumennya adalah  :

3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan  sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.

 Gambar Pertama

Pada gambar pertama, seolah-olah huruf arab tersebut merupakan huruf yang benar-benar tercetak pada artefak Surya Majapahit. Menurut saya, huruf Arab yang diberi penekanan pada gambar tersebut tidak lebih merupakan persepsi yang dipaksakan oleh pihak yang menganggap Majapahit merupakan kerajaan Islam. Hal ini tidak dapat diterima begitu saja sebagai bukti bahwa Majapahit merupakan kerajaan Islam.
Sumber sangkalan adalah  tulisan Adang Setiawan

Coba kita bandingkan dengan gambar atau foto Surya Majapahit yang asli berikut ini  :

Gambar kedua

Gambar ketiga

Dengan mata telanjang, dapatlah kita perbandingkan mana lambang yang asli dan mana lambang yang palsu alias buatan pihak-pihak yang berusaha mengaburkan sejarah kerajaan Majapahit. Faktanya lambang kerajaan Majapahit atau yang terkenal dengan sebutan Surya Majapahit ini adalah pengejawantahan sembilan Dewa yang menguasai delapan penjuru mata angin dengan Dewa Siwa di bagian tengahnya. Adapun penjelasan ke delapan Dewa tersebut adalah sebagai berikut :
Dewa Kuwera bertahta di Utara, Isana di Timur Laut. Indra di Timur, Agni di Tenggara, dan Kama/Yama di Selatan. Dewa Surya /Nrtti berkedudukan di Barat Daya, Varuna di Barat, Bayu /Vayu atau Nayu di Barat Laut, dan Siwa di Tengah.

Kepercayaan ini masih terpelihara dengan baik di bumi Bali dengan adanya kepercayaan terhadap dewa-dewa besar dan terkenal dengan sebutan Dewata Nawa Sanga.


Gambar keempat

Lambang kerajaan Majapahit tersebut di atas menunjukkan kepada kita adanya Siwa-Centris yang berkembang pada masa itu, hal ini ditunjang dengan fakta-fakta diketemukannya beberapa Lingga-Yoni yang merupakan lambang Dewa Siwa, seperti gambar di bawah ini.

Gambar kelima

Hal lain yang menunjang adanya Siwa-Centris adalah berupa arca-arca pendewaan raja-raja Majapahit yang mayoritas beroritentasi kepada Siwa, semacam arca Harihara yang merupakan perwujudan raja pertama Majapahit yaitu Bhre Wijaya. Arca ini merupakan sinkretisme antara Siwa dan Budha, perhatikan gambar di bawah ini.

  Gambar keenam

Contoh berikutnya adalah arca Parwati (sakti dewa Siwa) yang merupakan arca perwujudan raja ketiga Majapahit yaitu  Tribhuwanottunggadewi, perhatikan gambar di bawah ini.

 Gambar ketujuh

Selanjutnya dipersilahkan untuk membaca  bagian keempat

Letak ikon label,author dan tarikh dibawah tajuk posting

Kebiasaannya ikon ikon ini berada dibawah posting.Posting kali ini akan menerangkan cara meletaknya dibawah tajuk posting











Masuk kedashboard-klik pada template---edit HTML



 Cari kod ini pada templates

<div class='post-header-line-1'>

dan kod ini dibawahnya:
<font style='background:transparent url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDElHqM8f6fEWXyApqGmd_DIt37Ki3euKqKYWy1RIH0K5stpdqKDoNcqV3Z91b1dS_1Fg4cCdfdjaJ16h8NkGizcOtTUOdETvJ5DjvoXDXht6o50euQcMDA23oLH9370-6REQRd-EwfCk/s1600/editor-icon-16x16.png) no-repeat scroll top left;padding-left:25px;font-size:11px;'><data:post.author/></font> | <font style='background:transparent url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8zngGXblHQAsv5IJ9je-dzKX4C-1WzU2gBm0h9xC9rlykRFSFEBmhxX0ODre6u_uIf-59VFX4mgK4KK-QiP8app_rwl3pCFIgYFjfcxmqbtByHi99eOWtPaaC4PvCBXlCnhxsoy-hhoE/s1600/PostDateIcon.png) no-repeat scroll top left;padding-left:25px;font-size:11px;'><data:post.timestamp/></font> | <font style='background:transparent url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDppoiwizR0fnpOXMK-kC5Welhk_Gd8E9iM7kMUmWXXsQW2cMxmGufSBLH2B0-7WZEuV0SvWAt7JyDoPhdGlcAP-8fifUFMHmfHMH5PKlhh9co8nXMbUPuLpVbh0tYNR8ee3odSPyEtFw/s1600/label+Icon.jpg) no-repeat scroll top left;padding-left:25px;font-size:11px;'><b:if cond='data:post.labels'>
<b:loop values='data:post.labels' var='label'>
<a expr:href='data:label.url + &quot;?max-results=8&quot;' rel='tag'><data:label.name/></a>
<b:if cond='data:label.isLast != &quot;true&quot;'></b:if>
</b:loop>
</b:if></font>
kemudian klik save

update 9/5/2013

MAJAPAHIT : WREDDHA MENTERI (2)

Dari pembacaan prasasti Pakis (prasasti Pakis, 1266, tidak lengkap, disiarkan oleh Dr. N.J. Krom dalam Rapporten, Commissie voor Oudheidkundig Onderzoek, tahun 1911, hal 117 - 123) dan prasasti Gunung Wilis (disebut juga prasasti Penampihan, 1269, termuat dalam O.J.O. hal. 189-193 ; terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh Dr. Himansu Bushan Sarkar dalam Majalah The Greater India, 1935, hal 55-70) yang dikeluarkan oleh prabu Kertanegara, terbukti tidak ada jabatan wreddha menteri. Perintah raja Kertanegara disalurkan kepada tiga mahamenteri (mahamentri katrini), kemudian disampaikan kepada para menteri urusan negara yang dikepalai oleh patih. Pada prasasti Pakis, 1266 perintah raja Kertanegara ditampung oleh rakrian mahamenteri Hino, Sirikan dan Halu, kemudian disalurkan kepada para tanda untuk urusan negara : rakrian patih, rakrian demung dan rakrian kanuruhan. Nama-nama para menteri itu tidak disebut.

Pada prasasti Gunung Wilis, 1269, perintah raja Kertanegara ditampung oleh tiga mahamenteri : Hino, Sirikan dan Halu, kemudian disalurkan kepada para tanda urusan negara : patih Kebo Arema, demung Mapanji Wipaksa dan kanuruhan Ramapati. 

Demikianlah para tanda urusan negara yang dikepalai oleh patih menampung perintah raja dari mahamenteri katrini, tanpa perantara. Jadi jabatan wreddha menteri seperti tercantum pada pelbagai prasasti Majapahit, tidak diketemukan pada jaman Singasari. Prasasti-prasasti zaman sevelum Singasari tidak menyebut adanya jabatan wreddha menteri. Dari uraian di atas jelaslah, bahwa jabatan wreddha menteri adalah ciptaan Majapahit.

Dari uraian tersbut nyata pula bahwa para tanda urusan negara pada jaman pemerintahan prabu Kertanegara di Singasari berjumlah tiga orang saja yakni patih, demung dan kanuruhan. Pada jaman Majapahit jumlah para tanda urusan negar itu mejadi lima yakni : patih, demung, kanuruhan, rangga dan tumenggung. Lima orang tanda urusan negara ini sudah dikenal sejak awal pendirian kerajaan Majapahit seperti yang tercantum di dalam prasasti Penanggungan, yangk dikeluarkan pada tahun 1296. Jadi jumlah para tanda itu mengalami perubahan dari tiga (pada jaman Singasari) menjadi lima. Jumlah limatanda urusan negara itu disebut Sang Panca ri Wilwatikta, sebagaimana diuraikan dalam Negarakertagama pupuh X/1.


Gambar Belangkas