Fakta ketiga yang dipergunakan oleh Herman Sinung Janutama untuk memperkuat argumennya adalah :
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
Gambar Pertama
Pada gambar pertama, seolah-olah huruf arab tersebut merupakan huruf yang benar-benar tercetak pada artefak Surya Majapahit. Menurut saya, huruf Arab yang diberi penekanan pada gambar tersebut tidak lebih merupakan persepsi yang dipaksakan oleh pihak yang menganggap Majapahit merupakan kerajaan Islam. Hal ini tidak dapat diterima begitu saja sebagai bukti bahwa Majapahit merupakan kerajaan Islam.
Sumber sangkalan adalah tulisan Adang SetiawanCoba kita bandingkan dengan gambar atau foto Surya Majapahit yang asli berikut ini :
Gambar kedua
Gambar ketiga
Dengan mata telanjang, dapatlah kita perbandingkan mana lambang yang asli dan mana lambang yang palsu alias buatan pihak-pihak yang berusaha mengaburkan sejarah kerajaan Majapahit. Faktanya lambang kerajaan Majapahit atau yang terkenal dengan sebutan Surya Majapahit ini adalah pengejawantahan sembilan Dewa yang menguasai delapan penjuru mata angin dengan Dewa Siwa di bagian tengahnya. Adapun penjelasan ke delapan Dewa tersebut adalah sebagai berikut :
Dewa Kuwera bertahta di Utara, Isana di Timur Laut. Indra di Timur, Agni di Tenggara, dan Kama/Yama di Selatan. Dewa Surya /Nrtti berkedudukan di Barat Daya, Varuna di Barat, Bayu /Vayu atau Nayu di Barat Laut, dan Siwa di Tengah.
Kepercayaan ini masih terpelihara dengan baik di bumi Bali dengan adanya kepercayaan terhadap dewa-dewa besar dan terkenal dengan sebutan Dewata Nawa Sanga.
Lambang kerajaan Majapahit tersebut di atas menunjukkan kepada kita adanya Siwa-Centris yang berkembang pada masa itu, hal ini ditunjang dengan fakta-fakta diketemukannya beberapa Lingga-Yoni yang merupakan lambang Dewa Siwa, seperti gambar di bawah ini.
Kepercayaan ini masih terpelihara dengan baik di bumi Bali dengan adanya kepercayaan terhadap dewa-dewa besar dan terkenal dengan sebutan Dewata Nawa Sanga.
Gambar keempat
Lambang kerajaan Majapahit tersebut di atas menunjukkan kepada kita adanya Siwa-Centris yang berkembang pada masa itu, hal ini ditunjang dengan fakta-fakta diketemukannya beberapa Lingga-Yoni yang merupakan lambang Dewa Siwa, seperti gambar di bawah ini.
Gambar kelima
Hal lain yang menunjang adanya Siwa-Centris adalah berupa arca-arca pendewaan raja-raja Majapahit yang mayoritas beroritentasi kepada Siwa, semacam arca Harihara yang merupakan perwujudan raja pertama Majapahit yaitu Bhre Wijaya. Arca ini merupakan sinkretisme antara Siwa dan Budha, perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar keenam
Contoh berikutnya adalah arca Parwati (sakti dewa Siwa) yang merupakan arca perwujudan raja ketiga Majapahit yaitu Tribhuwanottunggadewi, perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar ketujuh