Friday, May 6, 2011

3 Video Youtube Paling Berbahaya Untuk Ditonton

Youtube memberikan sejuta sensasi bagi pengaksesnya. Ada 3 video yang dianggap berbahaya bagi siapa saja yang melihatnya. Berikut video tersebut.

1.


Sebuah video dengan latar belakang merah dan seorang laki laki menatap tajam Anda. Berhati-hatilah karena bila tidak fokus, maka Anda akan terhipnotis mencongkel mata anda sendiri.

Judul videonya Mereana Mordegard Glesgorv.

Mereana Mordegard

Gajuih (gajus) ke Jangguih (Janggus)???



Peghenah (pernah) tengok buah ape ni???
tak peghenah (pernah)????
ishh...ishhh...ishhh....
tak kampong sunggoh le kome  ni....

ini le buah gajuih (gajus) ato ade sesetengah panggei Jangguih (Jagus)....
ghase (rasa) Buah ni bile udah masak maneh2 (manis2) kelat...
kelat nye buah ni sampei kan bie udah makan kite teghase (terasa) macam getah melekat dekat bibio (bibir), lidah, mulot kite....
ade yang makan buah ni dicicah dengan kicap...

tapi sebenonye oghang (orang) caghi (cari) buah ni bukan sebab buah die....
tapi sebab bende yang terjulo (terjulur) keluo dagh (dari) buah die tu....
awok tak tau ape ke namenye...
tapi oghang (orang) ndak kan bende tu disebabkan ade isi macam hazelnut kat dalam tu....
tak percaye???...

tapi kome kene bako (bakar) atopon (ataupun) goreng bijik tu sampei le die keghing (kering) dan kecot....
baghu (baru) le kome dapat makan isi dalam tu......
awok ni kebetolan opismet awok bawok buah ni....
sesekali dapat tu.....seghonok (seronok) jugakkk...

awok nyembang dengan  tukang cuci opis awok semalam....
asei (asal) daghi (dari) Indonesia...
kat sane deme manggei (panggil) buah ni jambu monyet.....
sebabnye kome peghenah (pernah) tengok monyet bergayot terbalik dengan kaki kat pokok....
kepale kat bawah....

kn ade ghope (rupa) buah ni.....
itu le sebabnye ngape deme manggei (panggil) buah ni buah jambu monyet....
asei (asal) kite jangan jadi macam monyet udah le.....

Pahatan Patung Kayu yang Indah dan Menakjubkan di Tengah Hutan

Pohon Noble merupakan bahan favorit untuk banyak pekerjaan mematung. Penyihir, Peri hutan, Mogli dan masih banyak lagi makhluk dongeng lainnya yang tinggal di hutan. Mereka dipahat dengan sangat indahnya, sehingga terlihat seperti hidup.

Bagaimana ya jika kita tersesat di hutan dan berhadapan dengan mereka di tengah-tengah rimbunnya hutan? Nah berikut ini adalah beberapa hasil karya pahatan

Whats the word

Ain't sunny no more.
Gone were those sunny days.
Now it pours and gloomy skies are ahead.

3 days to go till D day.
6 days to go till the End of it.

I need "Something Borrowed" ;)

Hunks in it makes me yearn for it even more!

Question: What happened to the dream?
Perceptions change over time. The grass always looks greener on the other end.
But after listening to this song, I still heart this one special place where memories were everlasting~~

Whats the word? PERSEVERE

Terima kasih anak-anak ibu.... !

credit to http://adiksayangkucing.blogspot.com

Tersentuh dengan nukilan anak deena ( syeera ).. thanks sayang... 

8 mei 2011...iaitu kita akan meyambut hari ibu,dimana kita akan diingat kan
betapa pentingnya peranan seorang ibu bagi kita....setiap hari ibu akan ku teringat
akan ibu yang selalu mendampigiku selama ini..ibu yang menasihatkan ku dimana
ade kesalahan ku.ibu ku juga mengajari ku pelbagai hal...ibu ade untukku..i love ibu
yang tersayang.
terus kan perjuangan sebagai ibu..walaupun diri mu selalu dalam kesusahan
tetapi engkau tetap teguh menghadapinya..di situ aku dapat melihat kasih seorang ibu
betapa gigih nya engkau mencurah bakti..Demi anak-anak mu.....

Saya dan adik beradik ingin mengucap kan terima kasih kepada ibu yang tercinta..
yang selama ini menjaga dan memberi kasih sayang mu itu..walaupun hanya sekejap...

                        I LOVE MOTHER .....MMMUUUAAAHH..
                               SYAHIRAH,DANISH,NADIRA....

          
p/s:  thanks adik, tiap saat dan detik kalian x pernah luput dr ingat ibu, wlau kita tidak berkesempatan
utk bersama.. ibu yakin satu hari nanti kita pasti dapat bersama semula... kenangan dikala adik, danish dan kakak kecil dahulu selalu membuat ibu tersenyum dan adakala mengalir air mata bila mengenangkan anak-anak ibu disana.. jaga diri baik2 dan ingat apa yg selalu ibu pesan ? "Anak Ibu kena kuat dan hebat !                 

CANDI-CANDI MAKAM MAJAPAHIT

Kitab Negarakertagama dalam Pupuh LXXIII pada point yang ke 3 menyebutkan "Jumlah candi makam raja seperti berikut, mulai dengan Kagenengan, disebut pertama karena tertua, Tumapel, Kidal, Jajagu, Wedwawedan (di Tuban), Pikatan, Bakul, Jawa-jawa, Antang Trawulan, Kalang Brat dan Jago, lalu Balitar, Sila Petak, Ahrit, Waleri, Bebeg, Kukap, Lumbang dan Puger".
Selanjutnya di dalam pupuh XXXVII menyajikan uraian tentang candi makam Kagenengan demikian "Tersebutlah keindahan candi makam, bentuknya tidak bertara, pintu masuk terlalu lebar lagi tinggi, dari luar bersabuk, di dalam terbentang halaman dengan rumah berderet di tepinya, ditanami aneka ragam bunga : tanjung, nagasari dan sebagainya, menaranya lampai, menjulang tinggi seperti gunung Meru di tengah-tengah, sangat indah, di dalam candi ada arca dewa Siwa, sebagai lambang raja yang dipuja di situ, ialah datu-leluhur raja Majapahit yang disembah di seluruh dunia".
Candi makam Kagenengan telah musnah, hanya berkat uraian Negarakertagama kita bisa mengetahui tentang keberadaannya.
Perlu di catat, bahwa si Penulis Kitab Negarakertagama ini hidup pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (Rajasanagara), jadi makam-makam raja setelah pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tidak disebutkan dalam kitab tersebut.

CANDI JAGO (JAJAGHU)
Diantara 27 candi makam yang masih bertahan dalam keadaan hampir utuh adalah Candi Jago yang lebih terkenal dengan Candi Tumpang. Situs Candi Jago terletak di Desa Jago, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi ini dahulunya bernama Jayaghu. Candi ini menurut Negarakertagama diketahui sebagai salah satu candi pendharmaan bagi Maharaja Wisnuwardhana. Menurut kitab Negarakertagama pupuh XLI/4 candi Jago adalah candi Budha, di dalamnya terdapat arca Budha (amoghapasya) sebagai lambang mendiang raja Wisnuwardhana. Teras yang pertama memuat relief Kunjarakarna dongengan didaktik yang tidak asing lagi dalam kesasteraan Budha. Pada teras yang kedua terpahat relief Partayajnya sebuah cerita dari Mahabarata tentang Arjuna yang sedang bertapa di gunung Indrakila, meminta senjata yang akan digunakan dalam perang Bharatayudha melawan Kurawa. Teras yang ketiga berisi relief Arjuna Wiwaha  cerita perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Suprabha, hadiah bhatara Guru kepada Arjuna setelah mengalahkan raja raksasa Nirwatakawaca. Badan candi itu sendiri dihias dengan adegan Kalayawana dan Kresna yang sepintas dapat diceritakan : setelah Kresna diusir oleh Kayawana dari Dwarawati, ia mengungsi ke Mucukunda, tempat bertapa seorang pendeta, dan tidur di tempat duduk sang pendeta, Kalayawana mengejarnya ke Mucukunda, ketika akan membunuh Kresna sang pendeta merintanginya dengan ucapan bahwa perbuatan yang demikian itu tidaklah wajar, mendengar ucapan itu Kalayawana marah dan mencaci maki sang pendeta, kemudian Kalayawana dipandang oleh sang pendeta mendadak hangus dan binasa, sepeninggal Kalayawana, Kresna kembali ke Dwarawati dan membangun kembali kerajaannya.

Arca Budha Amoghapasa


CANDI JAWI
Candi Jawi terletak di kaki G. Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, sekitar 31 km dari kota Pasuruan. Bangunan candi dapat dikatakan masih utuh karena telah berkali-kali mengalami pemugaran. Candi Jawi dipugar untuk kedua kalinya tahun 1938-1941 dari kondisinya yang sudah runtuh. Akan tetapi, pemugaran tidak dapat dituntaskan karena banyak batu yang hilang dan baru disempurnakan pada tahun 1975-1980.  Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 m2, yang dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 m. Bangunan candi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga teratai. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m. Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah dengan atap yang bentuknya merupakan paduan antara stupa dan kubus bersusun yang meruncing pada puncaknya. Posisi Candi Jawi yang menghadap ke timur, membelakangi Gunung Pananggungan, menguatkan dugaan sebagian ahli bahwa candi ini bukan tempat pemujaan, karena candi untuk peribadatan umumnya menghadap ke arah gunung, tempat bersemayam kepada Dewa. Sebagian ahli lain tetap meyakini bahwa Candi Jawi berfungsi sebagai tempat pemujaan. Posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung dianggap sebagai akibat pengaruh ajaran Buddha.
Kaki candi berdiri di atas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m dengan pahatan relief yang memuat kisah tentang seorang pertapa wanita. Tangga naik yang tidak terlalu lebar terdapat tepat di hadapan pintu masuk ke garba grha (ruang dalam tubuh candi). Pahatan yang rumit memenuhi pipi kiri dan kanan tangga menuju selasar. Sedangkan pipi tangga dari selasar menuju ke lantai candi dihiasi sepasang arca binatang bertelinga panjang.
Di sekeliling tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar. Bingkai pintunya polos tanpa pahatan, namun di atas ambang pintu terdapat pahatan kalamakara, lengkap dengan sepasang taring, rahang bawah, serta hiasan di rambutnya, memenuhi ruang antara puncak pintu dan dasar atap. Di kiri dan pintu terdapat relung kecil tempat meletakkan arca. Di atas ambang masing-masing relung terdapat pahatan kepala makhluk bertaring dan bertanduk.

Ruangan dalam tubuh candi saat ini dalam keadaan kosong. Tampaknya semula terdapat arca di dalamnya. Negarakertagama menyebutkan bahwa di dalam bilik candi terdapat arca Syiwa dengan Aksobaya di mahkotanya. Selain itu disebutkan juga adanya sejumlah arca dewa-dewa dalam kepercayaan Syiwa, seperti arca Mahakala dan Nandiswara, Durga, Ganesha, Nandi, dan Brahma. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih berada di tempatnya. Konon arca Durga kini disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya.
Dinding luar tubuh candi dihiasi dengan relief yang sampai saat masih belum ada yang berhasil membacanya. Mungkin karena pahatannya yang terlalu tipis. Mungkin juga karena kurangnya informasi pendukung, seperti dari prasasti atau naskah. Kitab Negarakertagama yang menceritakan candi ini secara cukup rincipun sama sekali tidak menyinggung soal relief tersebut. Menurut juru kunci candi, relief itu harus dibaca menggunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum jam), seperti yang digunakan dalam membaca relief di Candi Kidal. Masih menurut juru kunci candi, relief yang terpahat di tepi barat dinding utara menggambarkan peta areal candi dan wilayah di sekitarnya.
Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat beragama Syiwa-Buddha. Raja Kartanegara adalah seorang penganut ajaran Syiwa Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Hal ini memang agak mengherankan, karena letak Candi Jawi cukup jauh dari pusat Kerajaan Singasari. Diduga hal itu disebabkan karena rakyat di daerah ini sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajaran Syiwa-Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa saat Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, melarikan diri setelah Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dari Gelang-gelang (daerah Kediri), ia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura.

Yoni yang dahulu berada di Candi Jawi

Replika Bhairawa Kartanegara


CANDI SIMPING (CANDI SUMBERJATI)
Adalah Candi Makam Sri Kertarajasa Jayawardana (Bhre Wijaya) yang meninggal pada tahun 1309, candi ini berada di Sumberjati dekat Blitar.

Penegasan tentang keberadaan Candi Makam ini tertulis dalam Kitab Negarakertagama Pupuh XLVII bagian yang ketiga, yang berbunyi : ' .... tahun Saka surya mengitari bulan (1231 Saka atau 1309 M), Sang Prabu (Wijaya) mangkat, ditanam di dalam pura Antahpura, begitu nama makam beliau, dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa.'
Kondisi  Candi Simping (Candi Sumberjati) saat ini hanya tinggal lantai pondasinya saja, sementara bangunan utuhnya telah runtuh. Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu andesit (berbeda dengan candi-candi yang masih dapat kita temukan di wilayah Trowulan, Mojokerto).

  
Foto-foto berikut adalah reruntuhan Candi Simping (Candi Sumberjati)

Makara (lambang penyucian) pada Candi Simping


Lambang pelepasan arwah (roh)




Lingga Yoni yang menjadi pusat Candi Simping


Dan inilah sketsa Candi Simping (Candi Sumberjati)


Dan inilah arca Harira, perwujudan Bhre Wijaya (Sri Kertarajasa Jayawardana)

Arca Harihara

Peghosak Bahase??

Kekekek...
awok tergelak je bile bace komen si 'peduli apa' dekat shoutbox sebelah ni haaaa....
 "peduli apa: nape cara kau tulis hari(haghi), bakei(bakal), daghi(dari)..padahal kau boleh je tulis elok2..rosak bahasa.."

bukan ape....
betoi jugak die kate awok ni meghosakkan bahase (merosakkan bahasa).....
dan kenape le awok penat2 taip gune loghat Perak...
kendian awok taip pulak ejaan betoinye dalam kughongan (kurungan)...
tak ke buat keghoje (kerja) dua kali....

kekekeke.....
macam ni le 'peduli apa' yang tak bagi link ke blog die tu...
blog awok ni ditulih (ditulis) oleh awok....
dan jugak diselie oleh awok......
makenye same macam nick mike....
peduli apa ye tak!!!.....

tapi ape pun teghime kasih le ateh perhatian mike tu 'peduli apa'....
sekughangnye (sekurangnya) awok sedo le yang awok ni peghosak bahase (perosak bahasa)....
heheheh...
teghime (terima) kasih 

P/S: kalo belanjawan jadi bajet tu kighe (kira) ghosak (rosak) bahase tak????

Gambar Belangkas