Thursday, May 24, 2012

Kek cawan coklat memang sedap!

Assalamua'laikum.

Kali ni, giliran Atok pulak yang menulis di sini. Eh, mana perginya tuan rumah? Ada. Nenek selalu ada kat sisi Atok. Atok saja nak 'culik' kunci rumah ni sekejap. Rumah ni memang jarang sangat dah Neneknya datang jenguk, apatah lagi nak main masak-masak kat dapur. Jadi, Atok mintak sajelah kuncinya. Mana tau, tetiba Atok pandai pegang sudip periuk belanga kat dapur tu. Ada jugak bekalnya nanti kalau tetamu datang.

Kali ni, Atok nak citer pasal satu benda ni. Ramai yang mencarinya. Sampai kadang-kadang jenuh jugak Atok nak layan. Atok bukan pandai sangatpun bab yang ni. Kalau main masak-masak tu Atok taulah. Apa yang Atok nak kongsikan ialah pasal buat cupcake sendiri di rumah. Kalau dah pandi, bolehlah jual. Haaa...nampak-nampak...dah ternganga mulut awak tu. Oppsss. Ada ke yang berjaya jual cupcake dari rumah? 


resepi kek cawan coklat
Ada. Apa yang Atok perasan sekarang ialah ramai yang suka makan cupcake. Ada permintaan, adalah pasarannya, kan? Kek cawan memang kecil comel molek. Lagi sedap bila cupcake coklat. Kalau tak jualpun, bagilah ahli keluarga menikmati kegebuannya. Pasti lebih bahagiakan? Aaaa....Neneknya pun memang suka sangat kalau bab-bab coklat ni.

Jadi, macam mana nak buat cupcakenye Atok? Atok 100% memang tak reti. Atok reti makan cupcake coklat jer. Jadi, Atok kongsikan satu produk milik kawan Atok yang memang terer bab-bab buat cupcake ni. Dipendekkan citer, dia memang sifu dalam cupcake. Cakap saja cupcake jenis apa, semua dia boleh buatkan. Kalau awak-awak semua ke Kuala Kangsar, tanya saja nama Puan Shida, insyaAllah ramai yang tahu ketereran beliau dalam industri cupcake dari rumah ni.

Citer dia jana duit 4 angka hanya dari jualan cupcake memang dah meletop. Apa? 4 angka dengan jual cupcake jer? Biar betul ni Atok? Betullah. Itu yang nak citer lagi ni. Dia bukan jenis yang makan sorang-sorang tau. Dia siap buatkan resepi dan panduan CD cupcake untuk awak-awak semua supaya ramai lagi yang berjaya buat cupcake dan mampu menjual cupcake sendiri. Ibarat awak-awak semua berguru secara live dengan sifu cupcake Puan Shida ni.

Percuma ke Atoknye? Ishkk...mana ada benda percuma lagi dalam dunia ni, kan? Mestilah labur sikit duit, barulah bersungguh untuk buat cupcake ni nanti. Atok tak nak citer panjang-panjang sangat, nanti awak-awak semua meleleh pulak. Kalau nak beli CD panduan buat cupcake, bolehlah klik link di bawah ni yer;

Awak-awak semua cubalah jenguk yer. Mana tau, cupcake awak nanti akan terkenal di Malaysia?

p/s- Atok nak p beli sudip jap. Sudip dah hilang.

kredit gambar: blog ciktom.com

Wednesday, May 23, 2012

Aku ingin membaca Al Quran Untuk Ibuku


Read in: English


anak laki baca quran
Sebuah kisah yang menyentuh hati tentang harapan indah seorang ibu kepada anaknya dan bakti sang anak kepadanya. kisah ini aku ambil dar blog http://blog.al-habib.info
Ahmad berumur sebelas tahun ketika ibunya (orang tua tunggal) mengantarnya untuk kelas Qira’ati(membaca Al Qur’an). Saya suka anak-anak itu memulai belajar membaca Qur’an di awal usia, terutama anak laki-laki. Aku sampaikan hal itu pada Ahmad. Namun ia menyampaikan alasannya, bahwa ibunya selalu berharap dapat mendengar bacaan Al Qur’an darinya.
Ahmad memulai pelajaran Qira’atinya dan sejak itu aku berfikir ini merupakan pekerjaan yang sia-sia. Meskipun aku sudah berusaha keras mengajarinya, ia tampaknya belum bisa mengenal huruf-huruf hijaiyah dan tidak bisa menalar bagaimana membacanya. Namun ia patuh untuk terusmembaca Al Qur’an seperti yang kuwajibkan untuk semua murid-muridku.
Dalam beberapa bulan ia terus berusaha sementara aku menyimak bacaannya dan terus menyemangatinya. Di setiap akhir pekan ia selalu berkata: “Ibuku akan mendengarku membaca Al Qur’an suatu hari.” Di balik itu aku melihatnya tak bisa diharapkan. Ia tidak berbakat!
Aku tak mengenal ibunya dengan baik. Aku hanya sempat melihatnya dari kejauhan ketika ia mengantar atau menjemput Ahmad dengan mobil tuanya. Ia selalu melambaikan tangan kepadaku tapi tak pernah berhenti untuk masuk ke kelas.
Suatu hari, Ahmad berhenti dari mendatangi kelas kami. Aku pernah berniat akan menelponnya tetapi kemudian berfikir mungkin ia memutuskan untuk melakukan hal lain. Mungkin ia akhirnya menyadari akan ketiadaan bakatnya dalam Qira’ati. Aku juga merasa lega dengan ketidakhadirannya. Ia bisa menjadi iklan yang buruk bagi kelas Qira’atiku!
Beberapa minggu kemudian, aku mengirimkan selebaran kepada murid-muridku di rumah akan adanya acara pembacaan qira’ah Al Qur’an. Tak disangka, Ahmad (yang juga menerima pengumuman itu) menanyakan apakah ia diperkenankan untuk tampil membaca qira’ah Al Qur’an. Aku menyatakan bahwa sebenarnya acara ini untuk murid yang masih aktif saja dan karena ia sudah tidak pernah hadir lagi, maka ia tidak berhak tampil. Ia menyatakan bahwa ibunya akhir-akhir ini sakit dan tak bisa mengantarnya ke kelas. Ia juga menyatakan bahwa dirinya masih terus berlatih Qira’ati di rumah meskipun tidak masuk kelas
“Ustadzah,… Aku harus ikut membaca qira’ah!,” paksanya kepadaku. Aku tak tahu apa yang menyebabkanku akhirnya memperbolehkannya ikut tampil. Mungkin karena tekad Ahmad yang kuat atau ada bisikan hatiku yang menyatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Malam acara pembacaan qira’ah itu telah tiba. Gedung olah raga sekolah telah dipenuhi para orang tua murid, teman-teman dan sanak saudara. Aku tempatkan Ahmad pada giliran terakhir sebelum aku sendiri yang akan menutup acara dengan ucapan terima kasih dan pembacaan qira’ah penutup. Aku berfikir bahwa jika penampilan Ahmad merusak acara ini maka itu terjadi di akhir acara dan aku bisa “menyelamatkan” penampilan buruknya dengan penampilanku sendiri.
Pembacaan qira’ah dari murid ke murid berlangsung lancar. Mereka telah berlatih dan itu terlihat dalam penampilan mereka. Kini giliran Ahmad naik ke panggung. Bajunya lusuh tak terseterika dan rambutnya pun acak-acakan tak tersisir rapi. “Mengapa ia tidak berpenampilan rapi seperti murid-murid yang lain?” lintasan pertanyaan buruk sangka langsung bergolak di kepalaku. “Mengapa ibunya tidak mempersiapkan penampilannya? Paling tidak, sekedar menyisir rambutnya untuk acara istimewa malam ini?”
Ia mulai membaca. Aku sungguh terkejut ketika ia mengumumkan bahwa surat Al Kahfi akan ia bacakan. Aku tak menyangka dan tak siap dengan apa yang kudengar selanjutnya. Suaranya begitu ringan dan lembut. Qira’ahnya sangat sempurna! Belum pernah kudengar bacaan Al Qur’an seindah itu dari anak-anak seumurnya.
Setelah enam setengah menit ia berhenti.
Penuh haru dan berlinang air mata, aku bergegas ke atas panggung dan memeluk Ahmad dengan gembira. “Aku belum pernah mendengar yang seindah itu Ahmad! Bagaimana engkau bisa seperti itu?” Melalui mikrofon Ahmad menjelaskan: “Ustadzah,… ingat tidak ketika aku mengatakan bahwa ibuku sakit? Ya, sebenarnya iamenderita kanker dan telah meninggal pagi tadi. Dan sebenarnya… ia lahir tuli. Jadi, malam ini adalah kali pertama ia bisa mendengarku membaca Al Qur’an. Karena itu, aku ingin menjadikan ini qira’ah yang istimewa.”
Tak ada mata yang kering sepenuh gedung malam itu. Saat petugas dari Dinas Sosial mengantar Ahmad dari panggung untuk dibawa ke Panti Asuhan, aku melihat, bahkan mata mereka pun memerah dan sembab.
Aku berkata di dalam hati, betapa hidupku semakin kaya dengan menjadikan Ahmad sebagai muridku. Ialah sebenarnya “sang guru” sementara aku adalah muridnya. Ialah yang mengajariku hikmah dari kesabaran dan cinta serta kepercayaan diri. Aku juga belajar untuk memberikan kesempatan kepada seseorang, berharap kebaikan meskipun kadang tanpa alasan yang bisa dimengerti.
[Diterjemahkan dari sebuah catatan di halaman Facebook I Love Allah

Tuesday, May 22, 2012

Taming open shelves

 Are your selves like mine?  They start out beautifully arranged and over time bits and pieces of things end up store there, and soon you have a  messy jumble.  If you are someone who can relax in a space no matter what is going on in it, perhaps a jumble of objects  doesn't bother you.  I'm not like that.  If my environment is in a mess that is how my head feels. 

Here are 5 great tips to  bring order to unruly  shelves.


Vary sizes of objects 

 

One of the simplest rules when arranging vignettes is to have a range of object sizes for variety.  Some should be small , some medium and at least one piece that is large. And remember to layer to create interest.  Put a tray at the back and then stack  books and a small object on top of them. If you layer artwork make sure it is actually visible.  There's nothing more annoying than using art work in a display and then covering it up.

Use repetition

Hillgrove Project traditional living room

Bookcase Accessorizing eclectic living room 

Repetition, when used well, creates a strong design. Choose several elements to repeat throughout the bookcase/shelving. If you have one stack of books laid horizontally, repeat this arrangement in at least two other places.  Use small sculptures, boxes or vases and rest them on top of a pile of books or magazines.

Keep it neutral 

 shelf-style-overall.jpg

When you have a range of objects to store,  one of the best ways to keep things looking pulled together is to choose neutral colour schemes.  I love white objects for this purpose. You might also consider silver, brass, wood etc.   There's a lot going on in the space above, but because everything is white or very pale, a cohesive look is achieved.


 This neutral scheme allows the homeowner to display stored items in an interesting way.  Also notice that the organization on each shelf is organized in two sets with both having equal visual weight.


This is as neutral as you can get in both theme and colour scheme.I love the repetition of bottles and books with variety achieved through shape.

Keep interesting elements at eye level

 

This is an easy one and it really makes a difference. When you walk into a room , you tend to see what is at eye level first.  Don't forget about "seated" eye level  too.  Keep boring objects toward the bottom.  Also remember that if you have a line of books or really dark objects they will have a lot of visual weight and should rest at the bottom of the display.

Create relationships

 Living eclectic living room
 
Choose a common element when you arrange shelving.  It could be similar colours, shapes or content/theme. Choose objects that relate to one another in colour and/or shape to create unity. Vary the size of objects and make sure they relate to each other in some way. In the images above the common theme is containers interspersed with art work.

Monday, May 21, 2012

Indiana Jones Malaysia

Semalam satu siri baru bermula di TV3, Indera Joned. Puas aku cari filem omputeh yg macam ni. Rupa nya indiana jones. Aku tgk semalam tak habis pun. Tapi masa babak cerita di kedai kopi tu, nampak macam menarik. Lebih menarik daripada tgk cerita cintan cintun yg melambak dah tu.


aiman hakim redza
 Lakonan mamat ni pun ok gak. X tau lagi baru mula jer. Walau pun agak tahyul, tp ni hiburan jer, lakonan. Layan jer la. Nak kira logik buat pa.

Kalau nak banding ngan apa celop! yg ni lagi sempoi. Tak pa la, mula isnin depan kul 9 kita sambung......

Tapi kenapa nama dia Indera Joned? Kenapa x letak Sarip Dol ka? Sarip Dol dah org guna. Nama tu pun ok lah.

the original

Unwanted facial hair doesn’t have to be a pain, not with #wizzihairremoval. Get one from @milkadeal now!

Unwanted facial hair doesn’t have to be a pain, not with #wizzihairremoval. Get one from @milkadeal now!

Be the 1st to share d news over Twitter & Facebook & be rewarded! & remember to tell your friends about #ChurpChurp

Be the 1st to share d news over Twitter & Facebook & be rewarded! & remember to tell your friends about #ChurpChurp

Ustaz Azhar Idrus Nyanyi Lagu XPDC,BN Gila




Ramai yang  hadirin yang ketawa apabila Ustaz Azhar Idrus menyanyikan lagu XPDC dengan mengubah lirik 'C.I.N.T.A G.I.L.A,BN Gila' Ali XPDC disebelahnya hanya gelak dan mengatakan tidak campur.Apapun setiap kali dia mengadakan ceramah,beribu-ribu orang hadir untuk mendengar ceramah dari Ustaz yang No1 Di Malaysia ini.Lihat video dibawah

Gambar Belangkas